Page 21 - E-modul tentang kebijakan cultuurstelsel belanda di Karesidenan Madiun
P. 21

manajer  puncak  produksi  perkebunan  bersama  residen.  Dalam

                     menjalankan fungsinya tersebut para bupati dibantu oleh priyayi.

                     Adapun  sejumlah  priyayi  yang  memiliki  wewenang  birokrat

                     diantaranya  patih,  kliwon,  mentri,  jaksa  dan  lainnya.  Sedangkan

                     sejumlah priyayi yang memiliki wewenang teritorial diantaranya

                     wedana dan asisten wedana (camat). Adapun selama pelaksanaan

                     Cultuurstelsel tersebut, priyayi juga bekerjasama dengan pegawai

                     sipil  Belanda  yaitu  Binnenlandsch  Bostuur  (BB).  Bahkan  dalam

                     menjalankan tugasnya tersebut, BB dan priyayi sering melakukan

                     diskusi  untuk  menentukan  jenis  tanaman,  tempat  menanam,  dan

                     kelanjutan dari tanaman tersebut (Ham, 2018 : 104).

                         Adapun  penanaman  komoditas  kopi  di  wilayah  keresidenan

                     Madiun mulai berlaku sejak turunnya resolusi 10 Desember 1832

                     No.  10,  bahwa  setiap  keluarga  atau  rumah  tangga  petani  dalam

                     kurun waktu 3 tahun wajib menanam dan memelihara 600 pohon

                     kopi. Bayaran yang diterima oleh petani kopi tersebut, tergantung

                     pada  harga  kopi  dipasaran.  Keuntungan  besar  yang  diperoleh

                     Belanda dari penanaman kopi tersebut, menjadikan kopi sebagai

                     komoditas utama di Keresidenan Madiun. Berikut adalah laporan

                     penanaman  kopi  di  keresidenan  Madiun  tahun  1834-1880

                     (Margana, 2017 : 121 ).
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26