Page 19 - E-modul tentang kebijakan cultuurstelsel belanda di Karesidenan Madiun
P. 19

Pemerintah  Belanda  mengurangi  jumlah  kabupaten  melalui

                     beberapa  resolusi  yang  telah  dikeluarkan.  Resolusi  pertama

                     diresmikan  pada  31  Agustus  1830  dengan  penghapusan  3

                     kabupaten  dari  17  kabupaten.  Resolusi  kedua  pada  6  Juni  1832

                     No.  1  dengan  memisahkan  Pacitan  dari  wilayah  keresidenan

                     Madiun.  Resolusi  ketiga  pada  22  Maret  1833  No.  1  dengan

                     menghapus  6  kabupaten.  Selanjutnya  yang  terakhir  berupa

                     resolusi yang dikeluarkan oleh residen E. Francis pada 7 Januari

                     1839 No. 3 dengan membagi keresidenan Madiun menjadi empat

                     Afdeling  yang  berpusat  di  Madiun,  Magetan,  Ngawi,  dan

                     Ponorogo (Margana, 2017 : 114).

                     Selain  melakukan  reorganisasi  wilayah  administrasi,  pemerintah

                     Belanda juga melakukan reorganisasi birokrasi dan pemerintahan.

                     Pada  tahun  1830  wilayah  Madiun  memiliki  kurang  lebih  20

                     bupati.  kemudian  jumlah  tersebut  diperkecil  oleh  pemerintah

                     Belanda  menjadi  5  orang  bupati.  Masing-masing  bupati

                     menguasai  satu  kabupaten  yang  meliputi  Madiun,  Ngawi,

                     Magetan,  Ponorogo,  dan  Pacitan.  Adapun  reorganisasi  birokrasi

                     tersebut bertujuan untuk menciptakan birokrasi yang efisien dan

                     sesuai administrasi rasional (modern). Pentingnya pengaruh bupati

                     bagi  masyarakat  Jawa  menyebabkan  reorganisasi  birokrasi  ini

                     dilakukan  secara  hati-hati  dan  bertahap.  Bahkan,  pemerintah

                     Belanda  juga  memberikan  kompensasi  kepada  para  bupati  yang

                     kehilangan wilayahnya (Margana, 2017 : 116).
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24