Page 23 - E-modul tentang kebijakan cultuurstelsel belanda di Karesidenan Madiun
P. 23
1866-1870 2.840 7.568 299.207 27.556
1871-1875 2.840 13.649 530.096 32.815
1876-1880 2.796 19.178 603.293 13.112
Tabel 1.2 : Penanaman tebu di Karesidenan Madiun tahun 1836-1880
Indigo juga termasuk tanaman komoditas ekspor yang
dibutuhkan dalam industri tekstil, khususnya sebagai pewarna
pakaian. Pabrik indigo yang didirikan pemerintah Belanda di
wilayah keresidenan Madiun, yaitu Pabrik Selo Aji Madiun dan
Pabrik Jeruksing Ponorogo. Pada masa pelaksanaan
Cultuurstelsel, budidaya tanaman indigo di keresidenan Madiun
termasuk kurang berhasil. Namun budidaya tersebut tetap
dipertahankan oleh pemerintah Belanda. Berikut adalah laporan
penanaman Indigo di keresidenan Madiun tahun 1836-1865
(Margana, 2017 : 123).
Periode Luas (hektar) Hasil Panen Nilai Jumlah Tenaga
(metrik ton) Pembayaran Kerja (Jiwa)
(gulden)
1836-1840 2.509 73.2 26.342 20.169
1841-1845 3.458 119.6 172.359 25.379
1846-1850 6.041 164.9 259.661 40.909
1851-1855 3.312 142.8 229.816 45.453
1856-1860 6.016 176.2 434.757 53.590
1861-1865 5.901 161.6 654.054 55579
Tabel 1.3 : Penanaman indigo di Karesidenan Madiun tahun 1836-1865
Selain tanaman kopi, tebu, dan indigo, komoditas ekspor lain
yang wajib ditanam dalam pelaksanaan Cultuurstelsel adalah kayu
manis. Pada perkembangannya, kayu manis diperkenalkan oleh
pemerintah Belanda dalam skala yang lebih kecil, sehingga
menjadi komoditas yang memiliki skala produksi dan keuntungan