Page 28 - E-modul tentang kebijakan cultuurstelsel belanda di Karesidenan Madiun
P. 28

api  tersebut  direalisasikan  pada  tahun  1880  dan  mulai  beroperasi

                   pada bulan Mei tahun 1881. Pembangunan jalur kereta api tersebut

                   digunakan  sebagai  lalu  lintas  manusia,  barang,  dan  bala  tentara.

                   Namun,  berdasarkan  laporan  resmi  tahun  1880,  kemudahan

                   transportasi  ini  justru  menyebabkan  tingkat  kejahatan  semakin

                   meningkat.  Meski  demikian,  pembangunan  jalur  kereta  api  juga

                   menyebabkan  perubahan  pola  perdagangan  di  daerah  pedalaman.

                   Menurut  laporan  Wiselius,  daerah  Keraton  menerima  banyak

                   pasokan  beras  dari  Madiun  dan  daerah  timur  lainnya  akibat
                   pembangunan jalur kereta api Madiun-Surakarta (Ham, 2018 : 204).

                       Adapun dampak ekonomi akibat pelaksanaan Cultuurstelsel ini

                   semakin  terlihat  pada  tahun  1870.  Seiring  berkembangnya  sistem

                   ekonomi  liberal,  masyarakat  pedesaan  mulai  bergantung  dengan

                   uang. Bahkan pajak mulai dibayarkan dengan uang. Meningkatnya

                   kebutuhan uang masyarakat pedesaan tersebut, juga disebabkan oleh

                   banyaknya transaksi masyarakat pedesaan yang menggunakan uang.

                   Pada tahun 1905 Pemerintah Belanda  mengijinkan penduduk desa

                   untuk  menganti  kerja  bakti  dengan  uang.  Hal  ini  berlangsung

                   sampai  dihapuskannya  kerja  bakti  pada  tahun  1916.  Adapun

                   dampak dari ekonomi uang lainnya adalah banyak masyarakat desa

                   dan  petani  yang  ingin  meningkatkan  pendapatannya.  Dimana

                   banyak masyarakat yang ingin meningkatkan pendapatan pribadinya

                   melalui  Sawah           cakaran        yaitu       menggarap          tanah

                   dipekarangan rumah petani kaya. Bahkan Sawah cakaran ini banyak

                   terjadi di daerah Ponorogo (Ham, 2018 : 205).
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33