Page 105 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 105
Permasalahan diskriminasi kasta dalam masyarakat Bali berdasarkan skema
aktan sebagai sender dalam cerita novel ini.
2. Keinginan Telaga menikah dengan Wayan dari kasta Sudra berdasarkan skema
aktan sebagai objek dalam cerita novel ini.
3. Telaga berjuang meminta restu kepada Kenanga dan Luh Gumbreg untuk bisa
hidup bersama Wayan. Perjuagan Telaga untuk dapat menikah dengan Wayan
berdasarkan skema aktan sebagai pahlawan atau subjek dalam cerita novel ini.
4. Bagus Ketu Pidada dan Bagus Tugur adalah paman dan kakek Telaga yang
selalu memberikan semangat dan dorongan pada Telaga, termasuk menikah
dengan Wayan. Bagus Ketu Pidada dan Bagus Tugur berdasarkan skema aktan
sebagai penolong atau helper dalam cerita novel ini.
5. Jero Kenanga tidak menyetujui pernikahan Telaga dengan Wayan karena Wayan
berasal dari kasta Sudra. Kenanga yang tidak menyetujui Telaga menikah
dengan Wayan berdasarkan skema aktan sebagai penentang atau opponent
dalam cerita novel ini.
6. Telaga mengambil keputusan pergi dari rumah ibunya di Griya untuk hidup
bersama Wayan, kemudian rela menjadi bagian dari masyarakat Sudra.
Keputusan Telaga menikah dengan Wayan, kemudian memilih menjadi bagian
masyarakat Sudra berdasarkan skema aktan sebagai penerima atau sender dalam
cerita novel ini.
Melalui model fungsional Greimas yang sudah dimodifikasi Sumiyadi
(2021), tokoh dan penokohan Telaga pada novel Tarian Bumi dapat dilihat melalui
bagan di bawah ini.
Bagan 4.8
Model Fungsional Tokoh Telaga dalam Novel Tarian Bumi
Situasi Awal Telaga Pidada tengah merasakan kepiluan atas sesuatu
yang terjadi pada diri Ni Luh Sari, anaknya. Padahal Ni
Luh Sari baru saja datang dari sekolah dengan penuh
kegirangan. Ni Luh Sari baru mendapat hadiah dari
lomba membaca cepat yang diberikan oleh kepala penilik
sekolah. Mata Telaga berkaca-kaca yang bukan bahagia,
100