Page 109 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 109

berkisah tentang keindahan cinta laki-laki dan perempuan. Tarian ini  juga yang

                        menyiratkan awal kisah percintaan antara Telaga dengan Wayan Sasmita
                             Ironi  dramatis  terjadi  pada  kehidupan  percintaan  Telaga  Pidada  dengan

                        Wayan Sasmita. Telaga yang berasal dari keluarga bangsawan berkasta Brahmana

                        mencintai Wayan yang berkasta Sudra. Mereka berdua akhirnya disatukan dalam
                        perbedaan atas dasar kekuatan cinta. Berbagai nasihat telah diterima Telaga dan

                        Wayan dari ibu  mereka  masing-masing  yang tak mengharapkan mereka  berdua
                        bersatu dalam ikatan perkawinan. Mereka diharuskan mentaati aturan adat pada

                        kasta  Bali.  Ketika  mereka  berdua  melakukan  perlawanan  terhadap  adat  dengan

                        nekad  berkawin,  maka  Telaga  harus  rela  melepaskan  gelar  kebangsawanannya
                        melalui  upacara  patiwangi.  Telaga  sendiri  merasa  terhina  dengan  pelaksanaan

                        prosesi upacara tersebut. Telaga harus diinjak kepalanya oleh seorang perempuan
                        tua berkasta Sudra. Selain itu, Wayan meninggal dunia tanpa sebab setelah lima

                        tahun  perkawinan  mereka.  Hal  itu,  diingatkan  kembali  oleh  ibu  metuanya,  Luh
                        Gumbreg  yang  menyampaikan  bahwa  semua  kejadian  itu  adalah  akibat  dari

                        perbuatan  Telaga  yang  besikeras  menikah  dengan  Wayan  tanpa  restu  adat,  dan

                        pergi dari griya tanpa upacara pamit pada ibunya dan keluarga besarnya. Namun
                        inti ironi dari kisah ini adalah hingga saat ini di Bali masih berlaku diskriminasi

                        kasta yang menimbulkan berbagai konflik di kalangan muda. Sistem pengkastaan
                        dalam masyarakat Bali sudah tak sejalan lagi dengan situasi zaman di mana setiap

                        orang  berhak  untuk  memiliki  kebebasan  dalam  menentukan  siapa  yang  bakal

                        menjadi pasangan dalam hidupnya. Dalam arti, tidak ada lagi belenggu apapun yang
                        disebabkan oleh pengkastaan.


                        Ulasan:

                             Pengarang, Oka Rusmini, menciptakan tokoh utama bernama Ida Ayu Telaga

                        Pidada sebagai gambaran dari perempuan Bali yang hidup dalam ruang lingkup
                        kasta Brahmana namun menderita. Dirinya memiliki bakat menari Bali yang luar

                        biasa.  Meskipun  dalam  dirinya  mengalir  darah  kasta  Sudra  dari  Jero  Kenanga,
                        namun dengan statusnya sebagai bangsawan, tidak membuat dirinya menjadi sosok







                                                                                                    104
   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114