Page 112 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 112

dinikahi  Ida Bagus  Ngurah Pidada dari kasta Brahmana untuk  menjadi  seorang

                        perempuan  bangsawan.  Persoalan  gender  ini  dapat  dikaji  dengan  menggunakan
                        kritik feminis lesbian (Djajanegara, 2003).

                           Dikarenakan novel ini menceritakan tentang tokoh perempuan dan dikarang oleh

                        penulis  perempuan dengan  melibatkan persoalan-persoalan gender  di  dalamnya,
                        maka  novel  ini  dapat  dikaji  dengan  kritik  feminis  ginokritik  model  tulisan

                        perempuan  dan  psikologi  perempuan  (Showalter,  1981).  Oka  Rusmini  dalam
                        novelnya  ini  ketika  menuliskan  perasan  tokoh  Telaga,  dirinya  mampu

                        menggambarkansebagaimana  psikologi  seorang  perempuan  dalam  kondisi  batin

                        tertekan.  Oka  dapat  menunjukkan  gambaran  psikologi  perempuan  melalui
                        tulisannya yang terbangun secara utuh.

                             Keterhubungan citra diri tokoh Telaga dengan jiwa feminis dalam dirinya
                        tercipta berdasarkan proses pembentukan kepribadian dari berbagai peristiwa yang

                        dialaminya.  Telaga  memiliki  kecerdasan  dalam  bidang  tari-menari,  dan  status
                        bangsawan tetap membuatnya rendah hati. Telaga memiliki kecantikan raga yang

                        sempurna  baik  fisik  maupun  batiniahnya.  Telaga  juga  adalah  perempuan  kritis,

                        termasuk  mengkritisi  hukum  adat  masyarakat  yang  sudah  tak  sejalan  dengan
                        kemanusiaan dan kondisi zaman. Logikanya berupaya mendobrak sistem patriarkhi

                        Bali yang menjadi kendala bagi kebebasan kaum perempuan dalam menentukan
                        pilihan hidupnya.

                             Judul novel ini menggambarkan sebuah perlawanan terhadap adat dan sistem

                        feodal  dalam  masyarakat  Bali, yakni  tentang pengkastaan. Tarian Bumi, adalah
                        sebuah  tarian  yang  menggambarkan  tentang  kehidupan  di  bumi  dengan  segala

                        peradabannya.  Judul  novel  ini  tidak  mewakili  isi  secara  langsung  karena  kata
                        ‘Tarian Bumi’ dalam novel ini tidak dimunculkan, akan tetapi dalam pembicaraan

                        Luh  Kambren  dengan  Telaga  ada  pekataannya  yang  mengatakan  bahwa,  Yang

                        Tiang  herankan,  ke  mana  larinya  orang-orang  yang  sudah  kenyang  makan
                        sekolahan itu? Kenapa bukan mereka yang menulis tentang bumi ini, peradaban

                        ini (2007, hal. 93)? Maka dari itu, judul ini memiliki pengertian atau makna yang
                        tersirat dalam cerita novel ini, yakni makna yang sarat dengan falsafah kehidupan.







                                                                                                    107
   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117