Page 108 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 108

‘Tarian Bumi’ dalam novel ini tidak dimunculkan dalam alur cerita. Akan tetapi

                        dalam  pembicaraan  antara  Luh  Kambren  dengan  Telaga  ada  pekataannya  Luh
                        Kambren yang mengatakan, Yang Tiang herankan, ke mana larinya orang-orang

                        yang sudah kenyang makan sekolahan itu? Kenapa bukan mereka yang menulis

                        tentang bumi ini, peradaban ini (2007, hal. 93)? Maka dari itu, judul ini memiliki
                        pengertian atau makna yang tersirat dalam cerita novel ini, yakni suatu makna yang

                        sarat dengan falsafah kehidupan.
                             Dalam novel  ini,  Oka Rusmini menggunakan sudut pandang orang ketiga

                        dengan  menyebutkan  nama-nama  tokoh  di  dalam  cerita.  Misalnya,  pengarang

                        menyebutkan Telaga, Kenanga, Wayan, dan nama-nama lainnya. Pengarang juga
                        menjadikan  tokoh  utama  Telaga  bertindak  sebagai  pengisah  tokoh  ibunya,

                        neneknya,  kakeknya,  dan  tokoh  lainnya.  Namun  di  bagian  alur  Luh  Sekar,
                        pengarang  bertindak  sebagai  pengisah  Luh  Sekar  dengan  sudut  pandang  orang

                        ketiga.
                             Gaya  bahasa  yang  digunakan  pengarang  dalam  novel  ini  adalah  majas

                        personefikasi, simile, antithesis, hiperbola, klimaks, dan repetisi. Namun dalam hal

                        ini,  majas  personefikasi  lebih  banyak  dipakai  oleh  pengarangnya  untuk
                        menggambarkan  perasaan  dan  pikiran  pada  tokoh  Telaga.  Sementara  majas

                        hiperbola  digunakan  sebagai  pengungkapan  hati  tokoh  Telaga  terhadap  sesuatu
                        yang dirasakan dan dipikirkan olehnya melebihi atas sesuatu yang telah dilihatnya.

                        Tone  dari  bahasa  yang  digunakan  oleh  Okka  Rusmini  terletak  pada  kata-kata

                        berbahasa daerah Bali seperti taksu, ragina-pragina, sekerhe, balian, patiwangi,
                        dan lainnya.

                             Simbol-simbol dalam novel Tarian Bumi tercermin pada setiap tarian yang
                        dimainkan oleh para tokoh yang di antaranya yaitu Telaga, Sekar, Wayan, dan Luh

                        Kambren.  Setiap  tarian  yang  mereka  mainkan  memberi  simbol  tentang  makna

                        kehidupan atau suatu gairah pada diri penari yang memiliki kesesuaian antara kisah
                        hidupnya  denga  kisah  dalam  tarian  yang  dimainkannya.  Salah  satunya  adalah

                        Telaga Pidada yang tengah melakukan tarian Oleg. Secara simbolisme, tarian ini
                        mengisahkan tentang nikmatnya merakit sebuah percintaan. Sebuah tarian yang







                                                                                                    103
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113