Page 121 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 121
Mabel yang idealis, tegas dan kritis, membuat dirinya menjadi sosok
penentang berbagai bentuk ketidakadilan sosial. Namun, terkadang keberanian
Mabel bisa mengancam jiwa dan keselamatannya. Di kampungnnya, beberapa
orang membenci Mabel karena keberaniannya itu. Bahkan mereka tak segan
menteror dan mencelakakannya. Misalnya Tuan Gerson, tetangga Mabel yang
sangat membencinya karena Mabel kerap mengkritisi dirinya untuk menjadi calon
Bupati. Pada Leksi dan Mace, Mabel menyampaikan bahwa Tuan Gerson tak pantas
untuk menjadi Bupati karena memiliki sifat menjilat, egois, dan licik. Keberanian
Mabel temasuk ke dalam gerakan feminis trnasformasi gender (Fakih, 2013), yaitu
berani menetang hegemoni sistem yang mengarah pada ketidakadilan sosial.
Tetangga Mabel yang bernama Mama Mote bersekongkol pula dengan Tuan
Gerson. Mereka berdua membuat fitnah melalui kelemahan Mabel yang buta
warna. Tuan Gerson dan Mama Mote mulai berkonspirasi mencelakai Mama Mote
dengan taktik memesan noken dari Mabel dengan rajutan warna merah-putih dan
hijau-putih. Mabel yang buta terhadap warna hijau pun membuat noken dengan
warna putih-biru, dan warna tersebut ternyata merupakan warna bendera musuh
negara. Akhirnya Mabel ditangkap oleh tentara kamanan setempat, kemudian
dibawa ke kamp tahanan untuk diinterogasi dan, kemudian disiksa. Kondisi yang
dialami oleh Mabel dalam bentuk penindasan termasuk pada kajian feminisme
transformasi gender (Fakih, 2013) melalui analisis manifestasi gender dan
kekerasan.
Pada saat sebelum diseret ke mobil tahanan, Mace meminta Leksi agar mau
berjanji untuk rajin bersekolah dan menjadi perempuan yang cerdas. Mabel
menasihati agar Leksi tidak seperti dirinya yang buta huruf dan buta warna sehingga
mudah ditipu dan difitnah orang. Melalui struktur superego, Leksi berjanji dalam
hatinya untuk menjalankan pesan neneknya. Tindakan aparat keamanan yang
sewenang-wenang, perbuatan Tuan Gerson yang dzalim bersama Mama Mote yang
menjerumuskan Mabel, semua pesoalan ini termasuk dalam kajian kritik sastra
feminis ideologis (Djajanegara, 2003) yang dalamnya terdapat manifestasi gender
dan kekerasan pada perempuan
116