Page 126 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 126
tangan Mabel, mereka langsung menuduh Mabel
membuat bendera musuh melalui rajutan noken. Mabel
diseret, dipukuli dengan senjata, dan ditendang,
kemudian dibawa oleh mereka menggunakan mobil.
Mace, Leksi, Pum, dan Kwee tak berdaya mencegah para
lelaki bersenjata itu agar tidak membawa Mabel.
Setelah tiga hari tak ada tanda-tanda Mabel dikembalikan
ke rumah, Leksi terus meratapi kepergian Mabel.
Sementara Mace terdiam dengan terus mengingat trauma
masa lalu yang seolah terulang kembali denga ketakutan
yang sama mencekam. Dalam kondisi mereka seperti itu,
Kwee dan Pum tak bisa untuk menyuruh mereka mencari
Mabel. Pum dan Kwee berinisiatif mencari Mabel ke
tempat yang rahasia untuk diketahui siapa pun. Mereka
yakin jika Mabel disembunyikan dan disiksa di tempat
tersebut. Pada sebuah tempat lapang di antara pohon-
pohon perdu yang dikelilingi pagar kawat berduri, Kwee
melihat tubuh Mabel dan belari untuk mendekatinya.
Namun, para penjaga sudah terlebih dulu menghantam
kepalanya dengan batu. Seketika Kwee ada di dekat Pum
untuk menyelamatkan Pum atas permintaan Leksi.
Namun sayang, kedua hewan peliharaan keluarga Leksi
itu mati ditangan para penjaga kamp.
Tanah Tabu, judul yang dapat diartikan sebagai sebuah wilayah yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat suku Dani di Lembah Baliem bersama nilai-nilai
tradisinya yang sakral. Sebagaimana masyarakat suku Dani yang sangat menjaga
nilai-nilai tradisi kepercayaan mereka, meski budaya luar mulai menggerus nilai-
nilai itu melalui pembangunan infrastruktur dari pusat. Arti dari judul novel ini
tidak dipaparkan secara eksplisit dalam alur cerita, namun pembaca dapat
memahami serta menarik maknanya setelah selesai membaca novel ini.
Pengisahan novel ini menggunakan teknik sudut pandang orang pertama.
Pengarang menggunakan atribut dirinya sebagai penutur kata “aku” dari awal
hingga akhir cerita. Tokoh lainnya dituliskan dengan menyebut nama tokoh seperti
Mabel, Mace, Leksi, Pum, Kwee, Yosi, Helda, Pace Boro Poku, Karel, Tuan Piet,
Nyonya Hermine, Tuan Gerson, Mama Mote, Mama Kori. Uniknya dalam cerita
ini bahwa pengarang saat berkisah tidak hanya menjadi tokoh Leksi, namun
menjadi tokoh Pum dan Kwee. Di antara kehidupan manusia, Pum dengan Kwee
121