Page 85 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 85
namun juga mempermasalahkan tindakan sistem yang tak berpihak pada rakyat
kecil dalam memutuskan perkara, dan persoalan ini juga termasuk bagian dari
kajian transformasi gender (Fakih, 2013)
Sepeninggal suminya yang bernama Andriono, Myrna terus bekerja keras
dengan menjadi penyanyi hotel di Kota Jakarta demi menghidupi diri dan kedua
anaknya. Menurut Satoto (1994, hlm. 45), citra diri Myrna dapat direpresentasikan
dalam aspek psikis, fisik, dan sosial. Misalnya Myrna adalah sosok perempuan yang
berstatus janda. Dalam usianya yang ke-33 tahun, status janda Myrna rentan dengan
sorotan negatif masyarakat, ditambah pula dengan pekerjaan Myrna sebagai
seorang penyanyi hotel berbintang lima. Myrna menempatkan adat dan tradisi
leluhur sebagai salah satu pedoman dalam hidupnya agar tetap waras dalam
menjalani kehidupan Jakarta yang keras. Meskipun telah belasan tahun berada di
rimba raya Jakarta, Myrna tetap menjadi pribadi yang berusaha dekat dengan Sang
Khalik. Sebagai sosok perempuan berpembawaan kalem dan tenang, Myrna mampu
mengelola emosi serta perasaannya saat menghadapi persoalan sulit. Dalam dirinya
telah tertanam pendidikan moral yang kuat dari kedua orang tuanya, sehingga
Myrna merupakan sosok janda dengan sikap yang terjaga dan kolot. Myrna juga
mampu membedakan suatu perbuatan di antara baik dan buruk atau benar dan salah.
Setelah kematian suaminya pada kecelakaan pesawat terbang di Sibolangit,
rumah Myrna diambil alih oleh seseorang yang tak dikenali identitasnya. Pihak
pengadilan di kala itu yang menyatakan surat-surat kepemilikan tanah serta
bangunan rumah milik alamarhum suami Myrna adalah tidak sah. Kekalahan
Myrna di pengadilan membuatnya harus berpindah tempat tinggal ke sebuah rumah
kost di pekampungan yang kumuh.
Pemilik rumah kost yang ditempati Myrna yaitu Bu Purwo, perempuan tua
dengan sifatnya yang arogan, culas, memiliki rasa iri dan dengki terhadap diri
Myrna. Myrna kerap tak habis pikir dengan tabiat Bu Purwo yang suka mencelanya
dan melontarkan kata-kata tak manusiawi pada dirinya. Melalui pelabelan gender
yang dilontarkan Bu Purwao pada Myrna, sekali waktu Myrna tak bisa
membendung lagi struktur id-nya melalui kalimat yang ditunjukkan, … Myrna
80