Page 158 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 158
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Istana Kerajaan di Surakarta.
Pada tahun 1743-1746, pusat
pemerintahan yang semula
berada di Kartasura dipindah
ke Surakarta. Adapun yang
menentukan letak istana baru itu
ialah Bagus Banjar.
Sumber: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya.
Alegori Sufi “Dewa Ruci” Yasadipura I
Yasadipura I nama sebenarnya ialah Bagus Banjar, lahir di Pengging pada
Yasadipura I nama tahun 1729 M. Ketika Bagus Banjar berusia delapan tahun, ayahnya Raden
sebenarnya ialah Tumenggung Padmanegara mengirimnya ke Kedu untuk belajar di Pesantrem
Bagus Banjar, lahir di
Pengging pada tahun Kiyai Anggamaya. Di sini ia mempelajari dasar-dasar agama Islam seperti
1729 M. Ketika Bagus fiqih, tasawuf, syariah, serta bahasa dan kesusastraan Arab. Kesusastraan
Banjar berusia delapan Jawa dan Melayu juga dipelajarinya dengan tekun. Dalam usia 15 tahun dia
tahun, ayahnya kembali ke Kartasura mengabdi kepada Pakubuwana II. Karena kecerdasan dan
Raden Tumenggung pengetahuannya yang luas di bidang agama dan sastra, Bagus Banjar disayangi
Padmanegara
mengirimnya ke oleh raja. Ketika pemberontakan Cina meletus pada tahun 1740, dan kraton
Kedu untuk belajar Kartasura diduduki, Bagus Banjar ikut mengungsi ke Ponorogo bersama sang
di Pesantrem Kiyai raja. Tampat ini sejak lama merupakan pusat pendidikan Islam di Jawa Timur,
Anggamaya. dan selama di pengasingan itu Bagus Banjar memanfaatkan waktunya untuk
memperdalam agama Islam.
Kedekatan Bagus Banjar dengan raja semakin terjalin selama di pengasingan.
Inilah yang memberinya peluang untuk memainkan peranan penting kelak
144