Page 267 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 267
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Penutup
Sastra Islam Minangkabau merujuk pada karya-karya sastra berbahasa Minang
dan atau berbahasa Melayu-Minangkabau bernafaskan Islam, baik lisan
maupun tulisan, yang dihasilkan oleh orang Minangkabau. Sebagai karya
sastra, ia tidak hanya memberikan efek kesenangan (dulce), tetapi juga sangat
mementingkan efek kemanfaatan (utile), yakni sebagai syiar Islam atau sebagai
wadah menyampaikan ajaran Islam dan konsep keislaman, meliputi berbagai
masalah berkenaan dengan ibadat (ubudiyah), sosial (muamalah), iman (tauhid),
dan tasawuf. Karya-karya tersebut tidak hanya bersifat cerita, tetapi juga berisi
perdebatan tentang beberapa pandangan yang berbeda yang dianut oleh
masyarakat Minangkabau pada masa karya-karya tersebut ditulis.
Sebagian besar pengarang yang telah menghasilkan karya-karya tersebut berasal
dari kalangan ulama, terutama ulama sufi. Pada masa awal Islam di Minangkabau,
para pengarang ulama (sufi) ini juga melakukan upaya ‘mengislamkan’
beberapa bentuk (karya) sastra yang telah ada sebelum kedatangan Islam di
Minangkabau. Upaya itu ditunjukkan, misalnya, oleh sejumlah tawa (mantra)
yang diberi sentuhan Islam, dengan cara menambahkan bacaan basmalah di
awal tawa (mantra) atau bacaan La ilaha ilallah di akhir tawa (mantra).
Secara keseluruhan, bentuk-bentuk karya sastra Islam Minangkabau tersebut
dapat memberikan gambaran tentang cara Islam menunjukkan pengaruhnya
pada karya sastra (di) Minangkabau. Dua hal dapat dilihat darinya. Pertama,
pengaruh tersebut masuk ke dalam bentuk-bentuk sastra yang sudah ada, seperti
dapat dilihat pada tawa (mantra), pantun, kaba/hikayat, tambo, dan undang-
undang Minangkabau. Kedua, pengaruh itu dibawa masuk, seperti tampak
pada syair (nazam) dan hikayat, dua istilah yang menunjukkan pengaruh Islam
dengan jelas. Sejumlah syair (nazam) dan hikayat itu bersumber dari Alquran,
Hadis, atau cerita-cerita Islam dan ia dikenal dalam dunia Islam atau Melayu
pada umumnya. Pada akhirnya, dalam perkembangannya, bentuk syair (nazam)
lebih banyak muncul, yang, sekaligus, mengindikasikan Islam yang semakin
‘berkuasa’ di Minangkabau. Dengan demikian, karya sastra Islam Minangkabau
dapat dikatakan sudah memperlihatkan eksistensinya sejak masa peralihan
Hindu-Islam hingga masa Islam Berjaya di Minangkabau.
Zuriati
253