Page 265 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 265

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







           Pasal  itu  berbunyi:  “Pasal  pada  menyatakan  yang  mula-mula  dijadikan  Allah
           Ta’ala Nur Muhammad dahulu daripada segala perkara alam itu, seratus ribu
           tahun dan dua puluh empat ribu tahun lamanya”. Pasal itu dapat dipahami
           dengan melihat salah satu pasal dalam  Asrar al-Insan fi Ma’rifa al-Ruh wa
           ‘l-Rahman ‘Rahasia Manusia dalam Pengetahuannya tentang Roh dan Tuhan).
           Pasal itu menyebutkan, bahwa roh Nabi Muhammad diciptakan dari Nur Tuhan,
           sedangkan alam dijadikan dari roh Muhammad. Itulah yang paling mulia dari
           semua yang maujud ‘ada’, yang dilebihkan dengan ru’ya al-kudus ‘penglihatan
           yang suci’, dan  jauhar –al-kudus ‘permata yang suci’, yang nyata dari  jamal
           ‘keindahan’  dan  jalal  ‘ketinggian’  Tuhan.  Nabi Muhammad  s.a.w. bersifat
           dengan sifat Tuhan dan bercahaya dengan nur zat Tuhan.
                                                                 97
           Unsur tasawuf itu semakin tampak jelas dengan adanya pasal hukum yang jatuh
           pada alif. Bagi pada sufi alif merupakan huruf Illahi.Mengerti alif berarti mengerti
           kesatuan  dan  kebersatuan  Illahi.  Dalam  alif,  semua  ciptaan  dapat  dipahami.
           Semua huruf menuruti wujud alif, semua huruf yang lain muncul darinya, tetapi
           hanya  alif yang tetap mempertahankan bentuk dan citranya seperti ketika
           diciptakan. ALif adalah huruf Illahi dan huruf-huruf lain kehilangan wujudnya,
           karena tidak mau menurut. Hal itu dianalogikan kepada Adam, yang dibentuk
           menurut wujud Tuhan, tetapi kehilangan kemurnian aslinya karena tidak mau
           menurut perintah Allah  .
                                 98

           Tasawuf juga ditunjukkan oleh adanya banyak penjelasan akal dan ilmu dalam
           teks UUM ini. Sebagaimana dalam Islam pada umumnya, akal dan ilmu adalah
           dua hal yang dipentingkan dalam perjalanan seorang sufi.Satu pasal, misalnya,
           menyebutkan, bahwa berakal dan berilmu adalah dua perkara di antara
           delapan perkara yang terdapat dalam pekerjaan dunia. Makna atau arti dari
           berilmu dan berakal itu adalah tahu pada lahir dan tahu pada batin.  Tanda
           orang berakal terdiri atas sepuluh perkara, lima lahir dan lima batin. Lima yang
           lahir, meliputi berdaya-daya dirinya, menahan amarah, merendahkan dirinya,
           bermurah-murahan,  dan  berbuat  akal  yang  saleh.  Lima  yang  batin,  meliputi
           berkata-kata dengan kebaikan, berbuat ibadah, senantiasa takut kepada Allah,
           membesar-besarkan dosa dirinya, dan senantiasa menahan dirinya. Pasal yang
           lain menjelaskankan pula, bahwa perhiasan manusia itu terdiri atas tiga perkara.
           Pertama, berilmu serta tiada dalamnya [menyalahi] mengerjakan hukum syarak;
           kedua, murah padanya tanya serta tiada dikatakan akan dia; dan ketiga, sangat
           keras  usahanya  mengerjakan  segala  pekerjaan  demi  kebaikan  serta  tiada  ia
                                                                      99
           menuntut dunia, melainkan akan Allah Ta’ala yang dituntutnya.
           Lebih jauh, teks  UUM  juga  mengandung  pasal  tentang  hati.  Pada  maqam
           makrifat, seorang sufi telah mempunyai hubungan yang dekat dengan Allah,
           dalam bentuk pengetahuan dengan hati. Sang sufi telah melihat Tuhan dengan
           mata hatinya. Pasal-pasal yang menyatakan perkara hati itu dapat dilihat dari
           kutipan di bawah ini.






                                                                                                251
   260   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270