Page 261 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 261
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
diberi nama, si Gumarang dan kerbau, yang bernama si Binuang, serta azimat
pitanggang alimunan untuk dipakai oleh Puti Bungsu. Sebelum berangkat,
Dang Tuanku juga melakukan ritual untuk melihat hal baik dan hal buruk yang
akan ditemui oleh Cindua Mato dalam perjalanannya (camin taruih, tenung).
Kuda, si Gumarang milik Tuanku Raja Pagaruyung, yang berasal dan tinggal di
talang parindu, Gunung Marapi pun memiliki ganto ‘genta’ yang ber-pitunang,
yang bunyinya mendayu-dayu seperti bunyi rebab, kecapi, talempong, serunai,
dan bangsi Cino. Setiap orang yang mendengarnya menjadi terdiam, merasa
hiba di dalam hati, dan tadayo-dayo paratian ‘tergila-gila hatinya’. Semua rasa
itu merupakan inti dari pengaruh pitunang dan rasa tergila-gila itu akan terus
menguasai hati setiap orang sampai bertemu dengan pemilik pitunangnya.
Orang-orang tua dan anak-anak muda berlaku seperti orang gila, hatinya mabuk
kepayang, sehingga keluar berbondong-bondong ke gelanggang mengikuti
panggilan ganto si Gumarang tersebut .
87
Kaba Sutan Pangaduan
Kaba Sutan Pangaduan (lisan) berkisah tentang perjalanan hidup Sutan
Pangaduan, anak Gombang Patuanan dari istri keempatnya,yang bernama
Puti Andam Dewi. Dari empat orang anak Gombang, Sutan Pangaduan-lah
yang bernasib malang. Ayahnya meninggal dunia karena digunai-gunai oleh
Rajo Unggeh Layang, ketika Pangaduan masih dalam kandungan ibunya.
Ketika berumur tujuh tahun, ibunya ditawan pula oleh Unggeh Layang untuk
dijadikan istri. Dengan dijaga oleh arwah ayahnya, Pangaduan menjadi besar.
Ketika ia telah berumur 12 tahun ia diperintahkan ayahnya bersama dengan
kakaknya, Sutan lembak Tuah, pergi perang untuk membebaskan ibunya.
Kemudian, peperangan terjadi antara Sutan Pangaduan dan Rajo Unggeh
Layang. Peperangan antara dua pihak tersebut berlangsung cukup lama. Tetapi
akhirnya dia berhasil membebaskan ibunya. Selanjutnya, kemenangan berada
pada pihak Sutan Pangaduan. Dalam masa peperangan yang panjang itu,
berbagai ilmu dunia (magi) juga digunakan oleh para tokoh dari kedua belah
pihak untuk saling mengalahkan. (Zuriati, 2006: 13-14).
88
Pengaruh tasawuf sangat mewarnai cerita ini. Burung sebagai simbol yang
sering digunakan oleh para sufi juga hadir dalam cerita ini. Rambak Cino
dan Tabang Leman adalah dua burung peliharaan dan kesayangan Gombang
Patuanan. Setelah kematiannya, kedua burung tersebut bertugas menjaga
anak-anak Gombang yang, masing-masing, mempunyai ilmu (dunia) yang
sangat hebat. Sutan Palampaui, anak Gombang dari istri keduanya, misalnya,
memiliki air hubungan nyawa dan lidi tujuh helai yang dapat menghidupkan
orang yang meninggal bukan tersebab ajal. Ilmu tersebutlah yang membantunya
247