Page 262 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 262

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    untuk menghidupkan kembali kedua adiknya, Sutan Lembak Tuah dan Sutan
                                    Pangaduan, ketika mereka direbus dalam kuali besar oleh Rajo Unggeh Layang—
                                    cuplikan kisah ini mengingatkan kita pada riwayat  Nabi Ibrahim.


                                    Pengaruh tasawuf ini  semakin tampak dalam cerita ketika anak-anak Gombang
                                    membicarakan kehebatan ilmu yang dimiliki  lawan-lawan yang harus mereka
                                    hadapi.  Dalam kisah  seperti ini maka para tokoh mengemukakan ajaran dan
                                    pengajian yang dipelajari dalam dunia tasawuf,  seperti asal-usul (kejadian)
                                    Nabi Adam dan Nabi Muhammad.  Dalam  Kaba Cindua Mato, semua ilmu
                                    yang dimiliki oleh para tokoh (yang baik) berada dalam kerangka pengetahuan
                                    sufistik (tasawuf/ tarekat). Hal ini dapat dilihat ketika kaba berkisah tentang Sari
                                    Makah yang ditanya oleh Intan Karang tentang sejauh mana ilmu dan pituah
                                    serta ke mana bersandarnya Sari Makah. Untuk menjawab itu, Sari Makah mulai
                                    dengan pertanyaan: “Aka kadam jo aka campo, talatak di ateh pintu, samaso
                                    Adam ditampo, di kakak dimaa Muhammad manso itu” (Akar kadam dan akar
                                    campa, terletak di atas pintu, semasa Adam ditempa, dimana Muhammad masa
                                    itu). Pertanyaan itu dijawab sendiri oleh Sari Makah, sebagai berikut: Aka kadam
                                    jo aka campo, talatak di ateh pinggan, samaso Adam kaditampo, Muhammad
                                    dalam sifat Tuhan” (Akar kadam dan akar campa, terletak di atas piring, semasa
                                    Adam akan ditempa, Muhammad dalam sifat Tuhan). Kemudian, pembicaraan
                                    itu dilanjutkan dengan menjelaskan tentang sifat dua puluh dan para malaikat
                                    dengan tugas masing-masing. Tempat bersandar dari segala ilmu dan pituah
                                    yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut adalah kepada Allah s.w.t., dengan ucapan
                                    Lā ilāha illāllah, Tiada Tuhan selain Allah .
                                                                          89




                                    Tambo dan Undang-Undang Minangkabau

                                    Dalam sebagian besar teks  Undang-Undang Minangkabau (dalam bentuk
                                    tertulis/ manuskrip),  tambo sebagaimana yang dimaksudkan oleh Edwar
                                    Djamaris (1991)  merupakan bagian yang disebut sebagai asal-usul Undang-
                                                   90
                                    Undang Minangkabau—selanjutnya disebut UUM  . Naskah UUM berbentuk
                                                                                    91
                                    naratif dan mengandung teks yang berisi aturan-aturan mengenai adat, hukum,
                                    lembaga adat dan lembaga hukum, dan manusia sebagai hamba atau makhluk
                                    Tuhan, baik sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat, maupun sebagai
                                    pemimpin. Semua aturan itu memperlihatkan pengaruh hukum Islam (syarak)
                                    yang sangat kuat, meliputi syariat, fikih, dan tasawuf.

                                    Secara umum, teks UUM memperlihatkan tiga adagium (ungkapan) adat pada
                                    masa teks ini ditulis dan disalin, yaitu rumah bersendi batu, adat bersendi syarak;
                                    adat bersendi syarak, syarak bersendi halur, halur bersendi kitabullah;  dan
                                    adat memakai, syarak mengata. Jika dihubungkan dengan tiga tahap menuju
                                    perpaduan antara adat dan Islam, ketiga adagium itu berada dalam kerangka
                                    adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah; syarak mengata, adat memakai.





                    248
   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266   267