Page 324 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 324

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    Muatan Seni Pertunjukan Islam





                                    Secara umum seni pertunjukan diartikan dengan tiga unsur seni: musik, tari, dan
               Secara umum seni
             pertunjukan diartikan   teater. Pengertian ini berdasar pada suatu pandangan bahwa seni pertunjukan
               dengan tiga unsur    merupakan sesuatu yang dipertontonkan. Lebih khas lagi ditonton di atas
              seni: musik, tari, dan   panggung. Pengertian ini kuat dipengaruhi oleh cara pandang akademisi yang
             teater. Pengertian ini   mengakar pada kesenian di Barat. Pandangan ini menurut Bouvier berupa
              berdasar pada suatu   klasifikasi tradisonal. Bouvier menulis, “…saya mengunakan isitlah luwes seni
              pandangan bahwa
               seni pertunjukan     temporal dan seni pertunjukan yang memungkinkan saya untuk membicarakan
              merupakan sesuatu     berbagai hubungan yang ada antara musik, puisi, tari, tetaer, dan seni bela diri…”
             yang dipertontonkan.   (2002:16).  Pengertian seni pertunjukan dalam Islam banyak mengandung unsur
                                    yang lebih kaya dari musik, tari, dan drama. Sering muncul unsur sastra yang
                                    terdapat dalam teks atau syair nyanyian dan juga tak jarang ditemukan seni bela
                                    diri atau silat. Termasuk sastra tradisional berupa syair dan mantra. Soedarsono
                                    dalam bukunya Seni Pertunjukan Indonesia dan Pariwisata, tidak mendefenisikan
                                    dan membahas apa yang dia maksud dengan seni pertunjukan. Tetapi kelihatan
                                    dari bahasan dalam buku tersebut mencakup seni pertunjukan dengan unusr
                                    tari, musik, dan drama. Terlebih seni pertunjukan yang dibahas lebih dipahami
                                    sebagai tontonan untuk turis.

                                    Pada tulisan ini kita harus membeirkan makna bahwa seni pertunjukan juga
                                    menganding unsur yang lebih kaya dari musik, tari, dan drama. Unsur seni rupa
                                    juga sering terdapat dapat seni pertunjukan, dalam satu sisi bahkan menonjol
                                    seperti kita temukan dalam wayang kulit, wayang golek, reog. Unsur rupa yang
                                    diciptakan dari berbagai bahan menjadi sangat menonjol diantara unsur seni lain
                                    dalam seni tersebut. Penjelasan ini membawa kita pada makna bahwa cakupan
                                    seni pertunjukan dalam tulisan ini sering lebih luas dari tiga unsur seni. Dengan
                                    keluasan makna seperti ini, maka dengan mudah kita memasukkan berbagai
                                    seni pertunukan Islam yang sangat beragam.


                                    Keragaman bentuk seni pertunjukan Islam juga membuka cara pandang yang
                                    luas. Beberapa kesenian lebih menojol pada satu atau dua jenis seni. Nasid
                                    misalnya, lebih menonjol pada aspek musik yang mengutamakan penyampaian
                                    syair, memakai rebana dan vokal. Ada yang mencakup banyak unsur, ada gerakan
                                    seperti tari, drama, musik, mantra seperti makyong atau mendu dari kepulauan
                                    Riau. Secara akademik fenomena kesenian yang kompleks ini dapat saja dikaji
                                    pada satu unsurnya, misalnya mengkaji aspek karya sastranya, musiknya atau
                                    tarinya. Begitupun kita tidak dapat mengabaikan peranan unsur lain yang
                                    terdapat dalam seni pertunjukan itu. Pandangan yang melihat aspek tertentu
                                    saja terjadi pada seni pertunjukan terjadi karena keterbatasan pengetahuan
                                    atau wilayah cakupan dari bidang ilmu yang mengkajinya. Dampak dari cara
                                    pengkajian ini sering kali kita mencapai pemahaman detil secara mendalam






                    310
   319   320   321   322   323   324   325   326   327   328   329