Page 327 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 327
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
musik band combo. Roma Irama sebagai tokoh di musik dangdut memang ingin
membawa dangdut sebagai musik dakwah. Sehingga cukup banyak ditemukan
lagu-lagunya yang bersifat dakwah. Walaupun sebagai umat Islam juga ada
yang menolak dangdut sebagai kesenian Islam. Dangdut masih mengandung
unsur erotis yang menggunakan goyang yang kelihatan seksi. Memang tak bisa
dipungkiri dangdut sebagaian besar masih berkaitan dengan kehidupan malam,
goyang yang ertotis, penyanyi wanita yang seksi dan sebagainya. Sisi lain yang
menggunakan dangdut sebagai dakwah juga tidak bisa dipungkiri perannya.
Dewasa ini tidak terbilang lagi betapa banyaknya album rekaman, pertunjukan
di televisi dan diberbagai upacara yang menggunakan band combo sebagai
media dakwah. Grup band Wali misalnya, mengeluarkan album yang bersifat
islami. Grup band lain banyak yang mengisi pertunjukan pada saat acara tabliq
pada acara televisi. Ada juga kelompok yang menggabungkan berbagai bentuk
alat musik yang tidak umum dalam musik Band. Kelompok Debu misalnya, yang
memakai berbagai keragaman alat musik dengan syair yang islami, tekadang
dikenal juga dengan gaya musik dunia. Mereka mempertunjukan musik dan
vokal dengan gaya Islami dan memakai alat musik dari berbagai budaya di
dunia. Band ini membangun pentas di sisi luar masjid dan mengumandangkan
berbagai lagu yang terkadang juga berbahasa Arab dan Indonesia. Musik yang
mereka mainkan sebagai besar berakar pada tradisi musik pop di Barat. Cara
berpakaian, syair, tempat pertunjukan, dan gaya tampil di panggung bencirikan
islami.
Sudut pandang yang ketiga adalah dialog Islam dengan seni pertunjukan
warisan tradisi Nusantara. Kehadiran Islam di Nusantara secara historis bertemu Tiga cara pandang
dengan seni pertunjukan lokal. Pertemuan ini mengalami dialog yang dinamis, untuk melihat seni
pertunjukan Islam
tanggapan yang berbeda sesuai dengan wilayah dan jenis seni pertunjukan Indonesia: 1) Seni
lokal yang beragam. Beberapa kesenian seperti debus, zapin menyebar bersama pertunjukan Islam yang
dengan kedatangan Islam di Nusantara. Berbagai nara sumber di lapangan erat dengan kehidupan
menempatkan kesenian ini berkembang searah dengan masuknya Islam ke masyarakat Islam. 2)
daerah-daerah Indonesia. Proses dialog ini memberikan pengaruh timbal balik. Seni pertunjukan yang
masuk ke Nusantara
Kesenian lokal melakukan penerimaan nilai dan perubahan kesenian lokal, berasal dari Arab
tetapi juga kekayaan warisan seni pertunjukan nusantara sekaligus memberikan dan Barat. 3) Dialog
kekayaan pada kebudayaan Islam. Islam dengan seni
pertunjukan warisan
tradisi nusantara.
Berbagai tulisan tentang sejarah Islam Nusantara diakui memang belum
mengamati sudut pandang kesenian secara khusus. Terutama karena seni
pertunjukan bersifat tak benda (intangible). Kesenian itu hanya ada sewaktu
dipertunjukkan, setelah itu dia sirna besama dengan waktu. Kesenian itu akan
muncul kembali manakala dipertunjukkan lagi, dia hanya ada dalam ingatan
para pendukungnya. Begitupun dapat ditelusuri warisan budaya ini dalam
setiap kesenian yang menyebar di Nusantara. Di sisi lain ada juga bendawi
yang masih dapat kita saksikan sampai sekarang, misalnya alat-alat musik yang
digunakan. Gambus, reabana, marwas/marawis merupakan contoh yang masih
313