Page 330 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 330
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
takut menyaksikan atraksi ini. Pimpinan pertunjukan yang memakai topi haji,
melepaskan bajunya, dan terlihat tubuhnya bagian atas tidak memakai apa-
apa. Dia memakai parang pendek dan langsung membacokkan parang itu
ke bagian perut dan beberapa bagian tubuhnya. Hanya si pemimpin yang
melakukan atraksi dengan parang. Sementara semua penari berloncat-loncat
di atas tumpukan beling. Inilah puncak dari bentuk pertunjukan debus di Jambi.
Beberapa pertunjukan debus menggunakan berbagai properti pertunjukan,
sebagain besar menggunakan pembakaran kemenyan. Sering juga
menggunakan kitab sebagai bacaan selama pertunjukan sebelum mencapai
puncak debus. Pertunjukan pengiring gerakan dan tari sebelum pertunjukan
debus juga bermacam-macam. Ada yang menggunakan rebana, seperti yang
terdapat pada debus Minangkabau. Di beberapa tempat memakai kedang
dengan dua sisi. Nyanyian pengiring adalah solawat. Ada juga vokal yang
dinyanyikan secara berulang-ulang bersamaan dengan gerakan bersama. Ada
bentuknya melingkar, ada yang berbaris lurus, ada juga pemusik dan penarinya
ada di panggung. Ada juga beberapa pertunjukan yang semuanya dilakukan
secara arena. Semua ada di atas tanah terbuka (lapangan) dan melakukan
pertunjukan dengan penyaksi yang melingkari pertunjukan. Musik pengiring
biasanya mulai dari tempo lambat, dan makin mendekati atraksi pertunjukan
kekuatan tabuh tempo musik makin cepat dan selalu menuju kecepatan tinggi.
Musik yang ditampilkan juga biasanya mengandung pola yang sederhana tetapi
diulang terus menerus (repetisi). Bentuk musik seperti ini menjadi ciri umum dari
seni pertunjukan debus.
Pertunjukan pengiring debus
memakai kedang dengan dua sisi.
Musik pengiring biasanya mulai
dari tempo lambat, dan makin
mendekati atraksi pertunjukan
kekuatan tabuh tempo musik
makin cepat dan selalu menuju
kecepatan tinggi.
Sumber: Museum Negeri Padang.
316