Page 326 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 326
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
dan gaya pertunjukan dari satu daerah ke daerah lainnya. Bentuk kesenian
Islam yang menyebar di Nusantara selalu mengalami dialog dengan kehidupan
budaya lokal. Begitupun, jenis ini tetap diakui sebagai kesenian Islam.
Sudut pandang yang kedua adalah seni pertunjukan yang masuk ke nusantara
belakangan ini, terutama sejak awal abad XX. Kesenian ini dapat berasal dari
tradisi Arab dan Barat. Musik Umi Kulsum yang berasal dari Arab juga mengalami
penyerapan dalam kehidupan umat Islam Indonesia. Musik itu diterima saja
sebagai budaya Islam, terutama karena berasal dari Arab dan memakai bahasa
Arab. Ada juga seni pertunjukan yang diambil tradisi Barat yaitu marching band.
Kesenian ini pada umumnya digunakan pada kegaitan pertunjukan tentara.
Marching band diserap oleh umat Islam untuk pendidikan sekolah atau lembaga
kepemudaan Islam. Kedua jenis ini mengalami proses penyerapan yang berbeda
dalam wacana seni pertunjukan Islam. Umi Kulsum diterima dengan tangan
terbuka, terutama memakai syair berbahasa Arab. Sementara marching band
mengalami penerimaan dan pertentangan sebagai seni pertunjukan Islam.
Pertentangan ini muncul di kalangan ulama Islam sendiri, tetapi marching band
tetap digunakan secara luas kalangan pendidikan dan pemuda Islam sampai
sekarang sebagai budaya seni pertunjukan Islam Indonesia.
Belakangan ini (sejak akhir tahun 1990-an) mulai muncul juga menggunakan
band combo. Kelompok musik yang biasa dikenal sebagai pengiring musik pop.
Gejala ini sebenarnya berawal dari masuknya syair yang bernuansa islami ke dalam
lagu-lagu pop tersebut. Gaya ini sudah muncul sejak Bimbo yang memakai syair
Islami. Hal yang sama terjadi juga dalam musik dangdut yang memakai konsep
Marching Band pada Pesta
Budaya Tabuik 2013.
Sumber: Museum Negeri Padang.
312