Page 332 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 332

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    penggunaan kemenyan dan berbagai bunga sebagai syarat pertunjukan; ketiga,
              Konsep pertunjukan    ada keyakinan  bahwa penari  yang melakukan  debus telah ‘dimasuki’ oleh
              kuda lumping sering   kekuatan lain (trance).
                ditolak sebagai
             kesenian Islam karena
              ada beberapa unsur:   Aspek lain yang membuat penelitian sekarang terus dilakukan adalah banyaknya
             pertama, meggunakan    pertanyaan yang belum terjawab mengenai sejarah debus. Apakah debus
              mantra; kedua, ada    datang bersamaan dengan penyebara Islam di Nusantara atau debus berupa
              unsur penggunaan      seni pertunjukan pra-Islam yang belakangan mendapat pengaruh Islam. Bentuk
            kemenyan dan berbagai   debus yang lain juga terdapat dalam kegiatan keagamaan Hindu Bali dan
             bunga sebagai syarat
              pertunjukan; ketiga,   Budha. Walaupun dalam bentuk dan genre yang sangat berbeda. Debus dalam
             ada keyakinan bahwa    Budha misalnya kita lihat dalam pertunjukan upacara keagamaan di daerah
            penari yang melakukan   Singkawang, Kalimantan Barat. Jenis debus yang utama adalah bagian dari
             debus telah ‘dimasuki’   tubuh yang ditembusi dengan berbagai benda tajam, terutama lidah dan bagian
              oleh kekuatan lain    pipi, tetapi tidak terjadi pendarahan. Menembus bagian tubuh tanpa berdarah
                   (trance).
                                    merupakan atraksi debus yang luar biasa. Ciri kekuatan tubuh seperti ini belum
                                    ditemukan dalam pertujukan debus yang bergaya islami.

                                    Masyarakat Hindu Bali juga mempunyai beberapa pertunjukan dalam bentuk
                                    debus. Salah satunya adalah barong dengan iringan tek-tek. Pertunjukan ini
                                    memainkan cerita calonarang. Tokoh-tokoh dalam pertunjukan itu merupakan
                                    bagian dari cerita calonarang tersebut. Pertunjukan ini memakai topeng besar,
                                    berupa barong dan diiringi dengan musik Bali yang menggunakan bahan
                                    bambu. Bunyi pukulan tek-tek dari bambu dijadikan sebagai nama ensambel
                                    ini, bersifat onematopea (memberi nama sesuai dengan suara yang didengar).
                                    Kekuatan tubuh yang dipertunjukan dari atraksi ini adalah kekuatan tubuh
                                    (kebal) dari keris. Ada tujuh penari yang memakai keris, lalu secara bergantian
                                    atau bersama-sama menusukkan keris ke berbagai bagian tubuh dari salah
                                    seorang penari. Tidak ada sedikitpun yang terluka, bahkan keris yang mereka
                                    pakai untuk menusuk bagian tubuh menjadi bengkok karena kuatnya tekanan
                                    yang dilakukan penari. Pada satu bagian setiap penari juga akan melakukan
                                    penusukan pada tubuhnya masin-masing. Mereka tetap kebal.

                                    Bentuk pertunjukan dan atraksi seperti itu mirip dengan pertunjukan debus ialah
                                    ma’giri yang dilakukan oleh komunitas bissu dari Sulawesi Selatan. Ma’giri dengan
                                    jelas menunjukkan bukan seni pertunjukan Islam, karena mantera-mantera dan
                                    ritual ma’giri erat hubungannya dengan tradisi Bugis pra Islam. Selain keris,
                                    tusukan dengan benda tajam (pisau) merupakan ciri debus di berbagai wilayah
                                    Nusantara. Jadi ciri menggunakan keris menunjukkan kekebalan tubuh juga
                                    terdapat dalam tradisi seni pertunjukan Islam. Pada tataran ini terlihat warisan
                                    budaya yang dimiliki bersama beberapa agama yang berbeda di Nusantara. Di
                                    sisi lain, ini juga membuka pertanyaan sejarah apakah seni pertunjukan debus
                                    datang ke Nusantara bersamaan dengan penyebaran Islam?










                    318
   327   328   329   330   331   332   333   334   335   336   337