Page 546 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 546

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3







                                    Di sektor ekonomi, Muhammadiyah memiliki 2,5 persen saham di 1 bank syariah,
                                    26 BPR/BPRS, 275 BMT/BTM, 1 induk koperasi BTM, 81 koperasi syariah, 22
                                    minimarket dan 5 kedai pesisir. Keseleruhan total asset Muhammadiya mencapai
                                    sekitar Rp 20 Triliun.
                                                       66
                                    Dalam bidang kesehatan, di samping klinik yang bersifat komersial dan klinik
                                    yang melayani masyarakat sebagai bentuk kepedulian, Balai pengobatan dengan
                                    model  Pembina  Kesejahteraan  Umat  (PKU)  yang  di  masa  awalnya  bernama
                                    Penolong Kesengsaraan Oemat kini terus meningkat jumlah dan kualitasnya. 67

                                    Pengelolaan zakat secara institusional di Muhammadiyah dimulai pada tahun
                                    1970-an, tepatnya ketika dikeluarkan surat keputusan PP Muhammadiyah  no.
                                    02/PP/1979 tentang realisasi zakat Muhammadiyah. Kebijakan ini dibuat untuk
                                    mewujudkan sistem penghimpunan dan  pengelolaan zakat terorganisir dengan
                                    baik dan berperan dalam peningkatan kesejahteraan umat.  Sebagai ilustrasi
                                                                                             68
                                    tentang pengelolaan  zakat yang cukup menonjol,  kita perlu  melihat kasus
                                    Lembaga Zakat di daerah Kendal, salah satu bagian pengelolaan zakat yang
                                    cukup berhasil, baik dari  sisi manajemen dan pemberdayaannya. Geliat zakat
                                    ini sebagai respon Muktamar Muhammadiyah ke 40 di Surabaya tahun 1978
                                    yang kemudian dikembangkan di berbagai daerah.  Khusus kasus Kendal,
                                                                                       69
                                    lembaganya bernama Badan Pelaksana Urusan Zakat  Muhammadiyah (BPUZM),
                                    yang dipimpin oleh KH. Abdul Bari Shoim, Pimpinan Muhammadiyah kendal saat
                                       70
                                    itu.  Gerakan zakat di daerah ini didorong oleh teologi Muhammadiyah yang
                                    menfokuskan pada amar ma’ruf nahyi munkar (menyeru dalam kebaikan dan
                                    menghindari kemungkaran). Ajaran ini diajarkan oleh pendirinya, KH. Ahmad
                                    Dahlan, tentang perpaduan antara ibadah spiritual dan sosial. Sebab itu, tradisi
                                    awal pengembangan Muhammdiyah  adalah peduli kepada fakir-miskin yang
                                    dikutip dari surat al-Ma’un (Q. 107: 1-7). 71

                                    Pendekatan daya tarik bagi jamaah Muhammadiyah dalam berzakat dilakukan
                                    dengan  cara  sosialisasi  fungsi  zakat  bagi  kepentingan  sosial.  Forum  yang
                                    digunakan adalah pengajian, khutbah Jumat, kuliah Ramadhan, penyuluhan,
                                    penyebaran spanduk dan pamflet dan pengiriman  surat edaran untuk berzakat.
                                    Langkah ini dikembangkan kemudian kepada beberapa kategori masyarakat.
                                    Penyuluhan, misalnya, diberikan kepada para amilin (pengelola zakat) dan warga
                                    Muhammadiyah. Sementara pengajian dilakukan bagi warga Muhammadiyah
                                    dan  simpatisan  dilakukan  seminggu  sekali,  yaitu  pada  Ahad  pagi.  Spanduk,
                                    majalah dan informasi secara publik dilakukan bagi masyarakat pada umumnya,
                                                                            72
                                    tidak terbatas pengikut Muhammadiyah.  Salah satu contoh semangat dan
                                    puritanisme Muhammadiyah dalam kasus zakat adalah role model (suri tauladan)
                                    yang dilakukan oleh para pimpinan Muhammadiyah. Dari hasil laporan zakat,
                                    para  muzakki  (pembayar  zakat)  yang  jumlahnya  lebih  besar  didominasi  oleh
                                    para pimpinan Muhammadiyah.  Dengan cara pemberian, contoh yang baik
                                    dari pimpinan ini menjadi salah satu kunci keberhasilan pengelolaan zakat di
                                    Muhammadiyah.





                    530
   541   542   543   544   545   546   547   548   549   550   551