Page 549 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 549

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3







           Tengah, Jawa Timur dan Sumatra Barat. Secara formal, sinyal positif kesediaan
           Soeharto ini tak pernah diwujudkan secara nasional, kecuali memberikan ruang
           kebebasan kepada pemerintahan daerah untuk berinisiatif mendirikan  ZIS
           masing-masing.

           Sebagai respon atas gerakan zakat ini, Ali Sadikin, selaku Gubernur DKI saat
           itu, mengeluarkan SK No Cb/14/8/18/68 tanggal 5 Desember 1968 tentang
                                               79
           pembentukan Badan Amil Zakat DKI.  Di DKI Jakarta perkembangan Badan
           Amil Zakat cukup menonjol sehingga 1973 berubah nama menjadi Badan Amil
           Zakat, Infaq dan Shadaqah untuk bisa menjangkau dana amal yang lebih luas.
                                                                                   80
           Sistem pengelolaan zakat di DKI dimulai dari tingkat kelurahan, kecamatan,
           walikota dan provinsi, masing-masing bertindak sebagai ketua Bazis dari unsur
           pemerintah.Struktur ini tetap berlaku hingga saat ini sejak masa berdirinya
           dari tahun 1968. Yang menarik dari pengelolaan BAZIS DKI adalah, staff yang
           diperbantukan dari pemerintah DKI menerima gaji dari pemda, bukan dari hasil
           ZIS. Demikian juga pemerintah memberikan dana operasional setiap tahunnya.

           Pengumpulan dana ZIS DKI Jakarta terus meningkat setiap tahunnya. Tahun
           2003, dana ZIS terkumpul 14,1 miliar, bertambah menjadi 21,7 miliar (2008),
           27,2 (2009), 52,76 miliar (2010), 64,78 miliar (2011) dan 81,45 miliar (2012).
           Penyaluran dana ini diberikan untuk pembiyaan pendidikan, kesehatan, bantuan
           bencana,  renovasi  masjid/mushala  dan  bantun  (pinjaman)  usaha  kecil.  Sejak
           tahun 1999, untuk penguatan penyaluran dan efektifitas dana zakat, BAZIS DKI
           menjalin kerjasama dengan Baitul Mal wa Tamwil (BMT), yaitu untuk penyaluran
           modal usaha bagi Pedagang Kecil (PPMKM) di 50 pasar tradisional DKI Jakarta.
           BMT  berperan  mengelola  dan  menyalurkan  dana  BAZIS  dengan  sistem  bagi
           hasil. Dalam perkembangannya, BMT mencapai keuntungan 110 juta dan
           memiliki asset produktif 5 miliar rupiah. Hingga saat ini, BAZIS DKI membina
           lebih dari 4.500 pedagang dan 25 BMT sebagai mitra kerja dengan cakupan 80
           pasar tradisional.  Fungsi ZIS di sini sangat erat kaitannya dengan BMT dalam
                           81
           pengembangan ekonomi masyarakat dhu’afa.

           Mengikuti jejak DKI Jakarta yang telah mendirikan BAZ tahun 1968, Gubernur
           Propinsi Jawa Barat mengeluarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I no.
           352/H.I/3/Sk/1974 pada tanggal 1 Oktober 1974 tentang pendirian BAZ yang
           berwenang mengelola zakat di Jawa Barat.  Lembaga ini dianggap sebagai
                                                     82
           satu-satunya lembaga yang sah dalam pengelolaan zakat. Pemda memberikan
           bantuan dana dan Sumber Daya Manusia (staf) dalam pendirian dan pengelolaan
           lembaga ini. Struktur BAZ dibentuk mulai dari tingkat propinsi, Kabupaten/Kota,
           Kecamatan hingga desa/kelurahan. Setiap BAZ berada di ibu kota pemerintah
           daerah dan untuk propinsi berada di Bandung (Ibu Kota Jabar) bertempat di
           Kanwil  Departemen Agama Propinsi  Jawa Barat dan  di kantor Gubernur.
           Kemudian setiap pemerintahan kota daerah mendirikan BAZ hingga kecamatan.








                                                                                                 533
   544   545   546   547   548   549   550   551   552   553   554