Page 101 - REMPAH, JALUR REMPAH, DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
P. 101

REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA  91



               posisi geografisnya dibandingkan Malaka. Di samping itu Makassar menjadi

               pusat  pasokan  bagi  Malaka  dan  Maluku.  Adat  daerah ini adalah  bahwa
               tidak  seorangpun boleh berdagang sebelum raja membeli  terlebih dahulu.
               Pembelian sejumlah besar beras harus dilakukan bersama raja. Kebanyakan
               barang yang dibawa oleh orang Portugis ke sana adalah kain pantai dan kain
               Bengala. Sementara dari Macao adalah sutera mentah, kain sutera, sejumlah
               besar emas  dan barang-barang dari Tiongkok lainnya.


                   Sejumlah besar kain dijual di Makassar dan diangkut oleh orang Melayu
               dan penduduk lain dari sana ke semua daerah dan pulau sekitarnya, seperti
               di Borneo, Mindanao, Maluku, Ambon, Seram, Kei dan Aru, Tanimbar, Solor,
               Timor, Ende, Bima, Bali, dan Jawa. Di Makassar orang Portugis memperoleh
               real dari Maluku, Ambon, kayu cendana, lilin dan kulit penyu yang dibawa dari
               Timor, Solor dan tempat-tempat lain. Sementara  cengkeh dari Maluku dan

               Ambon, beras dari Makassar, intan dan batu permata dari Borneo, bersama
               dengan berbagai barang lain. Kapal angkut Portugis (yang masih sangat kecil
               dengan ukuran 40 ton) menyusuri sungai hingga mereka tiba di Makassar dan
               pada awal Mei. Kemudian mereka memuati kapalnya kembali.

                   Sekitar  Mei kapal-kapal  dari Macao  mulai   berlayar  dengan  muatan

               penuh yang bernilai antara 30-60 ribu real. Dengan cara yang sama antara
               pertengahan Mei dan pertengahan Juli, semua yang lain berlayar ke Malaka,
               pantai Koromandel dan Bengala. Sekitar 10 kapal pengangkut  dan 22 junk
               Portugis datang  ke Makassar setiap tahun,  dan kadang-kadang  mereka
               membawa  500 orang di  Makassar.   Di  sana raja membiarkan  mereka
               menjalankan ibadahnya di pantai. Raja mengadakan suatu pasar besar setiap
               tahun  melalui  kedatangan  dan pengangkutan  orang Portugis. Pendeknya,
               orang Portugis mempertahankan Makassar sebagai gantinya Malaka.  Mereka
               berdagang  di sana  (seperti halnya  di Timor  dan  Maluku)  untuk  menjamin

               seolah-olah tidak ada musuh yang masih tertinggal di Hindia, karena mereka
               tidak pernah diserang di sana.

                                                      109
                   Menurut  pedagang  Inggris Sihordt,   orang Portugis di  Makassar
               109  John W. Parry. “The Story of Spices” dalam Economic Botany,   Vol. 9, No. 2 (Apr. - Jun., 1955), hlm. 190-
                   207
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106