Page 96 - REMPAH, JALUR REMPAH, DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
P. 96
86 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
menjadi semakin besar. Para pedagang Portugis tidak pernah berhenti
melukiskan kemeriahan aktivitas perdagangan Malaka dan menggambarkan
lokasi satrategisnya sebagai pertemuan jalur perdagangan yang diatur
oleh angin musim. Berdasarkan laporan yang ada dalam Commentares
d’ Albuquerque dikatakan bahwa jika ada pedagang yang melewati jalur
perdagangan ini, semua akan tunduk pada aturan harus singgah di kota ini
karena di tempat ini mereka bisa menemukan berbagai jenis obat-obatan dan
rempah yang dicari dan diperebutkan di dunia. Selain dengan mudah dapat
menemukan berbagai jenis rempah di Malaka, pelabuhan ini lebih kondusif
terhadap semua musim dalam perjalanan dari Tanjung Comorin ke Timur,
daripada singgah di pelabuhan lain yang ada di kawasan itu.
Meskipun dinasti Melayu memerintah di Malaka, pengaruh Jawa tetap
terasa. Menurut gambaran yang diberikan De Barros mengenai situasi itu
pada 1511, kota ini terdiri atas dua kompleks, Upih dan Ilir, yang keduanya
berada di bawah pemerintahan orang Jawa. Di Upih ditemukan kampung
Keling, tinggal para pedagang dari Tuban, Jepara, Sunda, Palembang dan
dari beberapa daerah taklukkannya. Wilayah ini berada di bawah kekuasaan
orang Jawa Utimutiraja, orang terkuat di kota itu yang disebut oleh de Barros
diberikan gelar raja sebagai penghargaan atas keistimewaannya. Di Ilir tinggal
para pedagang dari Gresik dan sekitarnya di bawah kekuasaan seorang Jawa
Tuanku Laskar. Pada 1509 terjadi konflik antara Utimutiraja (yang memperoleh
dukungan dari para penguasa pantai Jawa bagian timur) dan penguasa Malaka.
Konflik itu tumbuh begitu hebat sehingga orang menduga akan terjadi serangan
dari laut Jawa yang akan menempatkan Malaka di bawah kekuasaan Jawa
seperti halnya kerajaan Palembang dan Pasai pada 1377.
Setelah kemunduran perdagangan niaga Jawa, sangatlah menarik untuk
membicarakan dampak yang timbul dari perdagangan yang tumbuh setelah
perubahan jalur perdagangan melalui Malaka, Aden, Cambay dan Alexandria
ke barat, terhadap pusat-pusat perdagangan Jawa di timur, titik penimbunan
rempah-rempah dari Maluku. Dampak yang muncul di sini ada dua, yaitu
dampak ekonomi dan agama. Sampai dengan abad XIV, Tuban merupakan
pelabuhan Majapahit. Sedayu, Lasem dan Brondong, seperti Changgu pada