Page 97 - REMPAH, JALUR REMPAH, DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
P. 97

REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA  87



               abad XIV dan XV, selalu menjadi pelabuhan sekunder sebagai pusat dagang.

               Surabaya, yang telah disebutkan sejak 1365, juga pada abad-abad kemudian
               tetap  untuk  jangka  waktu  lama  tidak  terlalu  penting sebagai  emporium
               dibandingkan  dengan Gresik  dan Jaratan.  Sampai  sekitar 1400,  Tuban
               mempertahankan monopoli atas perdagangan Jawa. Baru dengan bangkitnya
               Malaka sekitar tahun itu, jumlah perdagangan di Jawa Timur yang mencapai
               tempat  itu  tidak  lagi  bisa  terbatas  pada  Tuban.  Sejak saat  itu,  kebangkitan
               Gresik,  yang  dengan kedatangan  orang-orang Portugis di Malaka,  menjadi

               tempat penimbunan komoditi perdagangan yang berasal dari Maluku. Jepara
               juga muncul sebagai pusat niaga. Akan tetapi Tuban tetap  terus tumbuh.

                   Tuban  merupakan  satu-satunya  emporium Jawa  yang  penting  sebelum
               1400. Setelah Tuban menyusul Gresik, kemudian  orang mengacu ke Surabaya.
               Sekitar 1430 tiga kota itu bersama-sama memiliki penduduk lebih dari seribu

               keluarga. Pada  1523 penduduk Islam sebanyak 30 ribu jiwa konon tinggal di
               Gresik saja, sementara pada masa sebelumnya penduduk masih didominasi
                                                                            107
               oleh orang Hindu Jawa. Pada awal abad XVII menurut Daghregister,   Surabaya
               memiliki penduduk   50-60  ribu jiwa.  Jepara, sebagai tempat  penimbunan
               beras yang akan dikirim ke Malaka, berpenduduk seratus ribu jiwa. Mungkin
               di sini menjadi tempat  untuk  memperhatikan  besarnya  keuntungan  yang
               dinikmati oleh pedagang Jawa di bawah rezim penguasa yang mendatangkan
               kemakmuran bersama, karena bagi orang Cina abad XIV dan XV Jawa berfungsi
               sebagai simbol kekayaan dan kejayaan.


                   Tatkala terjadi konflik dengan orang Portugis, para pedagang Jawa tidak
               ingin bermusuhan dengan siapapun juga. Ia tidak bisa melarang masyarakatnya
               untuk berdagang, karena mereka harus mendukungnya. Dengan cara yang sama
               dapat dibaca laporan Olivier van Noort tentang pelayaran mengelilingi dunia.


                   Dalam laporan Perjalanan ke Hindia Timur di bawah Laksamana Wybrand
               van Waerwyck, juga dilaporkan bahwa pada September 1604 di Jaratan ada
               sedikit pajak yang dipungut, dan tampaknya raja tidak merasa keberatan untuk
               mengizinkan orang Belanda membangun sebuah loji di Gresik seperti yang

               107  P.A Tiele, “De europeers in den Maleischen Archipel, vijfde geleerte: 1605-1610, dalam BKI, 1880.
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102