Page 94 - REMPAH, JALUR REMPAH, DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
P. 94
84 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
beberapa sumber resmi dikatakan bahwa “Dalam pertempuran di darat dan
di laut tidak ada yang mampu mengalahkan serangan mereka. Jika kapal asing
yang melewati tempat itu tidak singgah di sana, sekelompok orang bersenjata
akan muncul dan membunuh mereka sampai habis”. 105
Pada peralihan abad XIV ketika suatu ekspedisi Cina mendekati daerah ini,
Palembang telah dihancurkan dan kerajaan Majapahit yang baru saja berdiri. Para
pedagang Islam mampu memperoleh tempat singgah di pantai utara Sumatera
dan mendirikan kerajaan Islam Pasai di selat Malaka yang berada dalam jarak
jangkauan mereka. Palembang yang lemah, yang masih hidup dengan kejayaan
masa lalunya, tetap penting khususnya untuk perdagangan rempah sampai pada
pertengahan abad XIV. Sementara itu, Jambi semakin lama semakin berkembang
dan mengarah pada pelabuhan international khususnya sebagai pelabuhan lada.
Namun, kejayaan Palembang telah terkikis dan tidak mampu mempertahankan
reputasinya sebagai pelabuhan perdagangan yang besar.
Di Malaka seperti halnya di Pasai, para pedagang Hindu Jawa yang tercabut
dari lingkungan tradisionalnya, mulai menjalin hubungan dengan pedagang
Gujarat yang beragama Islam fanatik, sehingga mereka berubah mengikuti
mereka menjadi Muslim. Apa yang dilaporkan oleh Marcopolo tentang Aden
dan Marino Sanudo untuk tentang Mesir, Aden, dan Cambay, menurut laporan
Tiongkok juga berlaku untuk Malaka. Di Malaka terdapat suatu komunitas
Islam kuat seperti yang dikeluhkan kepada d’Albuquerque tentang penguasa
Hindu di Jawa pada 1511. 106
Sementara itu Malaka menjadi tempat pertemuan perdagangan dari
Timur dan Barat seperti Palembang pada abad sebelumnya. Berkat intensitas
perdagangan yang meningkat pada jalur dunia yang baru, makna Malaka
105 Pada 1216, dari sumber Tiongkok, Chou ju-kua menulis hal yang sama tentang Sriwijaya “yang terletak
di samudera dan mempunyai kekuatan untuk mengontrol selat Malaka yang berfungsi sebagai lalu-lintas
laut internasional.” Pada puncak kekuasaannya kerajaan Sriwijaya telah memperluas supremasinya atas
semenanjung Malaka, menegakkan kekuasaannya hingga pantai Coromandel dan mengirimkan beberapa
ekspedisi ke Ceylon. Pada periode ini, perjuangan panjang demi tegaknya supremasi Sriwijaya tidak
dapat dipertahankan karena kemenangan berada di pihak Jawa. Palembang berusaha menaklukkan tempat
penimbunan rempah dan lumbung padi demi perluasan kekuasaannya. Sementara itu, pada saat lain Jawa
Timur berusaha mengalahkan pusat strategis di jalur internasional itu. Namun, sejak 1286 Palembang
berada di bawah kekuasaan Jawa meskipun harus ditaklukkan lagi pada 1377.
106 Schrieke, Indonesian Sociological Studies.