Page 99 - REMPAH, JALUR REMPAH, DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
P. 99
REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA 89
dari Jepara, Gresik, Jaratan dan Banten. Jadi apabila raja diberitahu bahwa
kompeni akan menjamin 400-500 last atau koyang beras akan dibeli setiap
tahun, kedatangan orang Belanda ke sana menyenangkan raja dan masyarakat
pasti akan suka melihat peristiwa itu daripada banyak cengkeh yang tiba tidak
membawa keuntungan sama sekali bagi masyarakat.
Kondisi ini juga dipertegas oleh pedagang Inggris Sihort yang melaporkan
bahwa orang akan berlayar dengan junk dari Makassar ke Maluku yang
kebanyakan di antara mereka adalah orang Melayu dari Patani, Johor dan
tempat-tempat lain yang tinggal di Makassar yang jumlahnya mencapai ribuan
dan kebanyakan menguasai perkapalan ke segala penjuru arah. Hanya sedikit
pelayaran orang Makassar yang berlayar ke tempat yang jauh, karena mereka
sibuk dengan perahu dan kapal-kapal kecil, untuk mengitari pulau itu saja.
Pada awal abad XVII orang asing yang mengelola perdagangan dari
Makassar, sementara penduduk bumiputera sibuk dengan pertanian mereka.
Hal serupa terjadi dengan orang Bugis di Bone. Telah dilihat pada awal
pertama dari proses perkembangan yang akan terjadi. Dengan kedatangan
orang Portugis pada awal abad XVI, orang Melayu dari Malaka dan kemudian
Johor, serta orang Jawa menguasai perdagangan rempah. Makassar belum
memainkan peranan penting di kepulauan Indonesia. Sebagai akibat perlakuan
yang mereka alami di Malaka, orang-orang Melayu pada masa itu pindah ke
Makassar, yang menjadi pangkalan bagi mereka dalam pelayaran ke Maluku.
Migrasi orang Melayu ini naik setelah Aceh beberapa kali menghancurkan
Johor dan menaklukkan semenanjung Malaya. Selain itu, blokade Kompeni
Belanda atas Malaka juga menjadi faktor yang menyebabkan kenaikan itu.
Berhubung Makassar menjadi lokasi pemasok yang sesuai pada jalur laut
menuju Maluku, Filipina, Patani, Tiongkok dan Kepulauan Sunda Kecil,
orang Portugis semakin sering mengambil jalur arah pelayarannya melalui
Makassar selama abad XVI dan orang Tionghoa sudah mulai muncul di sana.
Arti penting Makassar sebagai persimpangan niaga semakin meningkat ketika
Belanda memperkirakan perairan di barat tidak lagi aman.
Seperti telah ditegaskan sebelumnya, penghancuran pelabuhan laut Jawa