Page 25 - PROSIDING KONFERENSI NASIONAL SEJARAH X Budaya Bahari Dan Dinamika Kehidupan Bangsa Dalam Persepektif Sejarah Jakarta, 7 – 10 November 2016 Jilid VII
P. 25

makanan dan penyimpanan minuman yang baik. Bagaimana mereka melakukan pengawetan

               makanan,  dan  seberapa  jauh  hal  tersebut  mempengaruhi  jalan/navigasi  laut  yang  mereka
               tempuh.


               Selain itu pemahaman tentang laut mungkin sudah merupakan pengetahuan yang hilang. Pada
               tahun 1960-an, penulis mendapat pengalaman pribadi yang menunjukkan betapa pengetahuan

               tentang  laut  merupakan  salah  satu  bagian  dari  kejayaan  maritim  yang  hilang.  Dalam

               perjalanan dari Bangka ke Jakarta dengan sebuah tugboat yang kecil, tiba-tiba kapten kapal
               memerintahkan  penulis  untuk  masuk  ke  ruang  kapten.  Penulis  menanyakan  alasan  untuk

               tindakan  tersebut,  sang  kapten  mengatakan  dia  melihat  warna  air  laut  dan  malaui  kajian
               warnna air laut itu dia mengatakan sebentar lagi akan ada badai. Tidak sampai setengah jam,

               apa yang dikatakan kapten tersebut terjadi dan kemudian kapal terombang-ambing oleh angin
               dan gelombang. Ketika penulis  menanyakan tingkat  bahaya  yang sedang dihadapi,  dengan

               tenang kapten mengatakan “tidak bahaya besar hanya kapal terombang-ambing miring ke kiri

               dan ke kanan” dan paling lama satu jam”. Kembali kapten tersebut benar karena satu jam
               kemudian badai reda dan kapal kembali stabil. Penulis tanyakan bagaimana sang kapten tahu,

               sambil tersenyum dia mengatakan warna air laut merupakan indikator wilayah laut, adanya
               badai, perubahan arus, dan tingkat bahaya yang dihadapi dari gejolak laut. Pengetahuan itu

               berdasarkan  pengalaman  yang  panjang  dia  sebagai  kapten.  Ketika  memasuki  laut  Jawa,

               kapten berkata bahwa kapal sudah masuk ke laut Jawa karena warna air laut Jawa berbeda
               dengan warna air laut sebelumnya yang berhubungan dengan laut Cina Selatan.


               Apakah pengetahuan seperti itu yang digunakan para kapten kapal dari kerajaan besar bahari
               Indonesia  seperti  Sriwijaya,  Majapahit,  Demak,  Melayu,  Makassar,  Ternate  dan  lain-lain.

               Apakah  pelayaran  pada  waktu  itu  navigasinya  dipandu  oleh  bintang-bintang  sebagaimana
               yang  dikemukakan  oleh  Brandes.  Barangkali  kita  sudah  kehilangan  banyak  dalam

               kemaritiman bangsa ini di masa lalu. Dengan perkataan lain, dunia pendidikan Indonesia, dan

               secara  khusus  Sejarah  Indonesia,  berada  dalam  kondisi  yang  tidak  menguntungkan  untuk
               membangun pewarisan kejayaan masa lalu dan dikaji untuk keberlanjutannya di masa kini

               dan masa yang akan datang. Mungkin saja dengan teknologi modern untuk kapal-kapal yang

               terbuat dari besi/logam tetapi apakah tidak ada kesamaan dasar teknologi dalam membangun
               kapal kayu dan kapal besi?


               Kalaulah kerajaan maritim selalu dikaitkan dengan perdagangn dan barang dagangan bukan
               hasil  teknologi  tetapi  hasil  alam  seperti  rempah2,  bagaimana  prinsip  supply  dan  demand




                                                           10
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30