Page 75 - PROSIDING KONFERENSI NASIONAL SEJARAH X Budaya Bahari Dan Dinamika Kehidupan Bangsa Dalam Persepektif Sejarah Jakarta, 7 – 10 November 2016 Jilid VII
P. 75

1







                                          SEJARAH MARITIM DALAM KURIKULUM
                                                  PENDIDIKAN DI SEKOLAH

                                   (Implementasi Visi Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia)*
                                                       Anzar Abdullah

                                     Dosen Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
                                         Universitas Pejuang Republik Indonesia (UPRI) Makassar,
                                                  Email:anzarabdullah91@yahoo.co.id.

                                                             Abstrak

                           Untuk  membangun  Negara  maritim   yang  besar,  diperlukan  landasan  nilai-nilai
                           kemaritiman  yang  kuat.  Pembangunan  Negara  maritim  tanpa  landasan  nilai
                           budaya maritim yang kuat, hanya akan melahirkan eksploitasi kekayaan laut yang
                           tidak  terkendali.  Dalam  hubungan  inilah  “Sejarah  Maritim”  sangat  penting
                           dimasukkan  dalam  kurikulum  pendidikan  di  Sekolah  sebagai  media  enkulturasi
                           budaya maritime kepada peserta didik, yang diharapkan kelak dapat membangun
                           Negara dan bangsa yang berorientasi pada dunia maritim. Hal ini sejalan dengan
                           program  pemerintahan  Presiden  Joko  Widodo  dan  Mohammad  Jusuf  Kalla
                           mengenai “Visi Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia”. Demikian juga sesuai
                           dengan  apa  yang  telah  dicanangkan  oleh  pemerintahan  sebelumnya  di  masa
                           Habibie,    mengenai  Deklarasi  Bunaken  yang  menyatakan  bahwa  pembangunan
                           dan  persatuan  nasional  Indonesia  harus  berorientasi  ke  laut.  Selain  itu,  semasa
                           Pemerintahan  Soekarno,  ada  Deklarasi  Djuanda  yang  juga  menjadi  dasar  visi
                           kelautan Indonesia. Dan demikian juga di masa pemerintahan Presiden Megawati
                           Soekarno  Putri,  ada  “Seruan  Sunda  Kelapa”  yang  pokok  pikirannya  mengajak
                           seluruh  rakyat  Indonesia  untuk  bersama-sama  membangun  kekuatan  maritim
                           dengan  berlandaskan  pada  kesadaran  penuh  bangsa  Indonesia.  Bagaimana
                           program dan visi pemerintah ini dapat direalisasikan dalam praktiknya? Hal inilah
                           yang  akan menjadi pokok pembicaraan dalam paper ini.  Sejarah sebagai unsur
                           yang dapat mewariskan ingatan kolektif bangsa mengenai visi kelautan Indonesia,
                           sejak  masa  prasejarah  sampai  Indonesia  memasuki  zaman  modern  ini,  akan
                           memberikan  kontribusi  dengan  cara  mengusulkan  agar  memasukkan  “Sejarah
                           Maritim”  dalam  kurikulum  pendidikan  di  sekolah.  Bagaimana  model  dan
                           pendekatan  pembelajaran  Sejarah  Maritim  ini  akan  dilakukan    oleh  guru  atau
                           pendidik?  Adalah sesuatu yang sangat menarik, dan akan  dibahas secara tuntas
                           dalam paper ini.
                           Kata  Kunci:  Sejarah  Maritim  dalam  Kurikulum  Pendidikan  di  Sekolah,
                           Implementasi visi Indonesia sebagai Poros Maritim  Dunia.

                           I.    Pendahuluan

                                  Laut  mempunyai  peran  penting  dalam  sejarah  umat  manusia.  Sebelum
                           dikenal dan dipergunakannya sarana transfortasi darat dan udara, hubungan social
                           budaya,  dan  politik  antar  pulau  dan  benua,  dilakukan  melalui  laut.  Hal  itu

                            * Paper di peresentasikan pada Konferensi Nasional Sejarah X, 7 – 10 November 2016, di Hotel  Grand
                            Sahid Jaya, Jakarta, Indonesia.
                                                              1
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80