Page 162 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 162
R. M. T. A. Soerjo 149
menjadi lautan api dan mayat. Jasad manusia, kuda, anjing, kucing,
kambing dan kerbau bergelimpangan di selokan dan jalan-jalan
utama. Bau busuk yang bersanding dengan mesiu telah menjadi
aroma sehari-hari di kota itu.
Di bawah “guyuran” agitasi Bung Tomo dari Radio
Pemberontak, pertempuran antara dua pihak berlangsung makin
keras. Kendati hanya mengandalkan senjata tajam dan senjata api
peninggalan KNIL dan rampasan dari tentara Jepang, arek-arek
Suroboyo dan pemuda lainnya melakukan perlawanan sengit. Di
pusat kota, pertempuran lebih dahsyat, jalan-jalan harus diduduki
satu per satu, dari satu pintu ke pintu lainnya. Perlawanan pejuang
Indonesia dalam dua cara; pertama pengorbanan diri secara fanatik
dengan orang-orang yang hanya bersenjatakan pisau belati dan
dinamit di badan menyerang tank-tank Sherman; dan kedua, dengan
cara yang lebih terorganisasi dan lebih efektif, mengikuti dengan
cermat buku-buku petunjuk militer Jepang.
42
Pada hari pertama pertempuran, Gubernur Soerjo untuk
kesekian kali berpidato melalui corong radio:
43
Saya berterimakasih, bahwa pemerintah pusat telah
menyerahkan jawaban terhadap ultimatum Inggris kepada
kami di Jawa Timur. Keputusan kami telah mengakibatkan
meletusnya pertempuran seru di Surabaya. Namun itulah
keputusan kami yang terbaik. Kami bertempur untuk
merebut kembali hak-hak serta kedaulatan kami dari tangan
musuh. Saat ini kami semua berada dalam suatu akhir masa.
Suatu masa lama yang segera akan berakhir. Peristiwa di
Surabaya tidak dapat dihindari, tidak dapat diubah. Ini adalah
kemauan Tuhan Yang Maha Tinggi.
Ini merupakan tanda-tanda, bahwa zaman keemasan
segera akan datang kepada tanah air kita Indonesia. Seluruh
rakyat Jawa Timur tanpa kecuali, semua buruh tinggi maupun
rendah, percaya dengan sungguh-sungguh, bahwa Tuhan
Yang Maha Tinggi akan melimpahkan tegaknya kebenaran
kepada seluruh bumi dan alam Indonesia, yang sudah
berabad-abad lamanya hilang.