Page 157 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 157

144      Gubernur Pertama di Indonesia



            siaran  radio,  Sukarno  menegaskan  kembali  penyesalan  dan
            harapannya.  “Dalam  sebuah  negara  yang  terorganisir,  rakyat  tidak
            boleh  main  hakim  sendiri.  Peristiwa  Surabaya  telah  melemahkan
            posisi  kita  di  mata  dunia  internasional.  Maka  sekali  lagi  saya
            memerintahkan  untuk  secepatnya  menghentikan  pertempuran
            melawan pasukan Inggris!”
                    Kendati  terasa  panas,  situasi  Surabaya  setelah  kematian
            Mallaby relatif tenang. Ada kesan, kedua pihak sedang menahan diri
            untuk  sesuatu  yang  lebih  besar.  Sementara  itu  pada  1  November
            1945,  sebuah  kapal  perang  Inggris  bernama  HMS  Sussex  pimpinan
            Laksamana  Muda  Laut  Petterson  merapat  di  Pelabuhan  Tanjung
            Perak.  Ikut  bersama  HMS  Sessex,  sebuah  kapal  angkut  pasukan
            bernama HMS Carron yang membawa 1.500 personel prajurit. Tiga
            hari  kemudian,  muncul  kapal-kapal  lain  yang  menurunkan  24  ribu
            prajurit,  dilengkapi  panser,  tank,  dan  kesatuan  artileri  dengan
            membawa  sejumlah  meriam  lapangan.  Pasukan  dilengkapi  25
            pesawat  tempur  Mosquito  dan  Thunderbolt.  Seluruh  kekuatan  itu
            berada di bawah kendali Mayor Jenderal E. C. Mansergh dari Divisi V
            Infanteri India, pengganti Mallaby.
                    Pada  7  November  1945,  Gubernur  Soerjo  menerima  surat
            dari Mansergh. Dalam surat itu, Mansergh menuduh pihak Indonesia
            telah menunda-nunda evakuasi kaum interniran dan pengembalian
            pasukan Inggris yang tertawan atau terluka dalam pertempuran 28–
            30  Oktober.  Mansergh  juga  menyatakan  akan  mengambil-alih
            Morokrembangan  dengan  alasan  lapangan  terbang  itu  akan
            digunakan  pasukan  Indonesia  untuk  menyerang  Inggris.   Sehari
                                                                     31
            kemudian  datang  lagi  surat  dari  Mansergh,  berisi  ancaman  dan
            tuduhan yang lebih serius bahwa kota Surabaya telah dikuasai oleh
            para  perampok  (looters)  dan  pihak  Indonesia  nyata-nyata  telah
            melanggar persetujuan, menghalang-halangi jalannya evakuasi para
            tawanan dan orang asing serta melanggar perlucutan senjata tentara
            Jepang. Mansergh juga mengancam akan menduduki kota Surabaya
            dan  akan  melucuti  “gerombolan  yang  tidak  mengenal  tata  tertib
   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162