Page 23 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 23

10           Gubernur Pertama di Indonesia



            MULO  dan  KWS,  Hasan  mendaftarkan  diri  ke  AMS  di  Batavia  dan
            lulus pada 1929 dengan prestasi terbaik, terutama  untuk pelajaran
            Aljabar.
                    Dengan pencapaian akademik yang baik, masa depan Hasan
            terbentang  luas.  Melalui  diskusi  dengan  Teuku  Hanafiah,  sesama
            putra    uleebalang   Aceh    yang   tengah    belajar   di   RHS
            (Rechtshoogeschool)  di  Batavia,  Hasan  pun  tertarik  ingin  belajar
            hukum. Jelaslah Hanafiah  telah mempengaruhi Hasan ketika memilih
            jurusan  itu.  Dengan  “provokatif”  Hanafiah  mengatakan  jika  Hasan
            memilih jurusan teknik dan menjadi insinyur yang hebat, ia “hanya”
            akan menghasilkan jembatan. Bila memilih sastra, ia akan dikenang
            karena  syair-syair  yang  indah.  Namun,  bila  memilih  ilmu  hukum,
            hasilnya  adalah  kemerdekaan  bagi  Indonesia.  Demikianlah,  diskusi
            bersama  Hanafiah  itu  memberi  kesan  yang  sangat  mendalam  bagi
            Hasan, seperti yang dikenang dalam memoarnya, “. .  .  bila  memilih
            ilmu  hukum  maka  buah  tangan  saya,  menurut  Teuku  Hanafiah  itu,
            adalah  Indonesia  Merdeka!  Alangkah  hebatnya,  kata  T.  Hanafiah
            dengan mata berbinar-binar.”
                                        1
                    Dengan  semangat,  Hasan,  karena  pengaruh  Hanafiah  itu,
            melanjutkan pendidikan di RHS. Pada 1930, ia lulus ujian kandidat I
            dan  berselang  setahun  lulus  kandidat  II  dan    memperoleh  ijazah
            Sarjana  Muda.  Selanjutnya,  pada  pengujung  1931,  Hasan  berlayar
            menuju Negeri Belanda. Sebelum berangkat, ia sempatkan pulang ke
            rumah  masa  kecilnya  di  Lampoh  Saka,  berpamitan  dengan
            keluarganya.  Ia  juga  berpamitan  dengan  Gubernur  Aceh,  Dr.  Van
            Aken,  di  Kutaraja.  Istri,  anak,  ayah  dan  ibu  beserta  kerabat
            uleebalang  lain  seperti  Teuku  Hasan  Glumpang  Payung  ikut
            mengantar kepergian Hasan di Pelabuhan Sabang.
                    Di  atas  kapal  Willem  Rujs  menuju  Negeri  Belanda,  Hasan
            berkenalan  dengan  sesama  perantau  dari  Aceh,  Teuku  Tahir,  yang
            akan melanjutkan pendidikan teknik di Delft. Tiba di Negeri Belanda,
            dengan  tujuan  pertama  Den  Haag,  Hasan  dan  Tahir  disambut
            mahasiswa  asal  Aceh  yaitu  Teuku  A.  Hamid,  Teuku  Nyak  Arif,  dan
            Anwar Ahmad.  Dalam tempo sehari,  Hasan diberi panduan tentang
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28