Page 25 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 25

12           Gubernur Pertama di Indonesia



                   yang  memegang  kekuasaan.  Demikian  pula  tidak  mungkin  orang
                   Indonesia bekerja sama dengan orang Belanda untuk kepentingan
                   Indonesia.  Selama  Belanda  berkuasa  di  Indonesia  semuanya
                   dilakukan untuk kepentingan Belanda.
                                                    2

                    Bisa dimengerti bila keterlibatannya dengan aktivitas PI telah
            menebalkan  kesadaran  Hasan  terhadap  rasa  kebangsaannya.
            Diskusi-diskusi    politik   yang     diikutinya   menumbuhkan
            keberpihakannya  pada  kemerdekaan  Indonesia.  Di  kemudian  hari,
            pengalaman  intelektual  selama  belajar  di  negeri  jauh  itu  telah
            “menggiring”  minat  Hasan  terjun  ke  kancah  politik  pemerintahan
            setelah kemerdekaan.
                    Pada  pertengahan  1933,  Hasan  mulai  mempersiapkan  diri
            untuk  mengikuti  ujian  akhir  di  Fakultas  Hukum.  Ia  diwajibkan
            mempelajari  diktat-diktat,  dan  menyaksikan  ujian-ujian  teman
            sejurusan. Setelah dinyatakan lulus dalam mata-mata kuliah hukum
            adat,  hukum  dagang  dan  hukum  acara  perdata,  Hasan  menghadapi
            ujian akhir pada November 1933 di hadapan komite sidang terbuka
            yang  disaksikan  oleh  teman-teman  dari  Indonesia  dan  Belanda.
            Sebelum memasuki musim dingin, Teuku Mohammad Hasan kembali
            ke Aceh dengan gelar meester in de rechten.

            PERJALANAN POLITIK  DAN BABAK BARU DI SUMATERA

            Hasan  kembali  ke  Aceh  pada  1934.  Di  Pelabuhan  Ulee  Lheu,  ia
            dijemput  sanak  keluarganya  lalu  singgah  di  rumah  Teuku
            Mohammad  Hasan  Gluempang  Payung  atau  Hasan  Dik  sebelum
            menemui  Gubernur  Aceh  Van  Aken.  Dari  pertemuan  itu,  Hasan
            diberitahu  bahwa,  ia  tidak  akan  melanjutkan  pekerjaan  ayahnya
            sebagai  uleebalang,  melainkan  akan  ditugaskan  sebagai  pegawai
            pemerintah di Batavia. Namun sebelum itu, Hasan disarankan pulang
            terlebih dulu ke rumah istrinya di Kuta Tuha.
                    Istrinya, Pocut Hijo, dan anaknya, Nurul Hayati telah menanti
            di rumah. Para tetua di kampung menyiapkan prosesi peusijuek atau
            menepung  tawari  Hasan  untuk  memberkati  kedatangannya  dari
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30