Page 30 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 30
Teuku Mohammad Hasan 17
Sementara itu, kabar mengenai proklamasi kemerdekaan tiba
terlambat di berbagai kota di Sumatera. Para pemuda yang telah
dilatih sebagai milisi Jepang seketika kehilangan orientasi selepas
kekalahan Jepang dalam Perang Dunia. Pada 16 Agustus, milisi
Giyugun, Heiho dan Kenkokutai dilucuti dan dilarang melakukan
aktivitas tanpa mengetahui apa yang tengah terjadi. Berbarengan
dengan tentara Inggris, tentara Belanda bergegas kembali merebut
koloni. Dalam buku The Blood of the People, Anthony Reid
menyatakan bahwa Mountbatten Force 136 yang dibentuk di
Kolombo pada awal 1945 telah terjun dalam tiga unit komando di
bagian utara Sumatera pada akhir Juni. Mereka bertugas
mengumpulkan informasi dan kontak yang akan berguna untuk
invasi Inggris ke Malaya yang direncanakan awal September. Unit ini
kemudian mengajak sultan Langkat dan Deli, serta anggota kelompok
elite sosial lainnya untuk bekerja sama jika pihak Belanda kembali.
Perjalanan kembali dr. Amir dan Mohammad Hasan ke Sumatera
pada 28 Agustus melalui Lubuk Sikaping, Kota Nopan, Padang
Sidempuan, Sipirok, dan bermalam di Tarutung. Di sana, seorang
kenalan Amir yang baru tiba dari Medan mengabarkan bahwa para
sultan di Sumatera Timur telah mengambil alih kekuasaan dan
membentuk komite persiapan penyambutan Belanda, Comite van
Ontvangst. Menurut pengamatan Reid, situasi ini berbeda dengan di
Jawa; tidak ada kelompok pemuda yang siap mempertahankan
Republik, terutama karena Bompa yang menjadi poros utama bagi
pendukung kemerdekaan telah membubarkan diri pada 23 Agustus.
Baik Hasan maupun Amir khawatir tidak ada kekuatan yang
memadai untuk menghalau pendukung Belanda dan siap
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Berdasarkan mandat PPKI dan kekhawatiran akan
menguatnya kelompok pro-Belanda, maka dibentuk Panitia
Kebangsaan Sumatera Timur yang diketuai oleh Teuku Mohammad
Hasan. Sebagai bentuk dukungan terhadap Republik Indonesia, salah
satu terobosan penting yang dilakukan panitia ini adalah