Page 33 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 33

20           Gubernur Pertama di Indonesia



            resmi  berkibar  pada  rapat  akbar  di  alun-alun  kota  yang  dihadiri
            ribuan peserta.
                    Di  tengah  situasi  itu,  pasokan  senjata  menentukan  status
            keamanan dan kedaulatan wilayah Indonesia. Di lapisan yang lebih
            luas, dekrit Kepala Negara telah dikeluarkan pada 25 Agustus 1945
            untuk  mengadakan  mobilisasi  umum  bagi  pemuda-pemuda  dalam
            Barisan Keamanan Rakyat. Para pemuda yang sebelumnya tergabung
            dalam  berbagai  milisi  bentukan  Jepang  diserap  dalam  Badan
            Keamanan Rakyat dan ditugaskan mengawal kemerdekaan di tengah
            kembalinya  tentara  Belanda  yang  didukung  oleh  tentara  Sekutu.
            Golongan  yang  tidak  bergabung  dengan  BKR  berhimpun  dalam
            organisasi Pemuda Republik Indonesia (PRI).
                    Berdasarkan  perintah  Presiden  Sukarno  pada  5  Oktober
            1945, BKR diubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Untuk
            wilayah  Sumatera,  struktur  organisasi  TKR  dipilah  ke  dalam  enam
            wilayah  yakni  (1)  Lampung  dan  Bengkulu,  (2)  Palembang  Hulu,
            Palembang  Hilir,  dan  Jambi,  (3)  Sumatera  Barat  dan  Riau,  (4)
            Sumatera  Timur,  (5)  Aceh,  dan  (6)  Tapanuli.  A.  K.  Gani  diangkat
            sebagai organisator dan koordinator TKR se-Sumatera, sementara R.
            Soehardjo  Hardjowardoko  sebagai  Kepala  Markas  Besar  TKR
            Sumatera  dengan  pangkat  Jenderal  Mayor.  Di  berbagai  daerah,
            dibentuk  pula  pasukan  khusus  seperti  TKR-B  yang  dipimpin  oleh
            Letnan  Nip  Karim  di  Sumatera  Timur  atau  TKR-C  yang  mewadahi
            para tentara bekas KNIL dan dipimpin oleh Letnan II Sunarto.
                    Sebelum  kelahiran  TKR,  BKR  juga  telah  mendorong
            tumbuhnya laskar-laskar bersenjata yang berkembang dari training
            sejak  masa  pendudukan  Jepang.  Pertumbuhan  laskar-laskar  di
            Sumatera  itu  kemudian  bermuara  pada  lahirnya  Pemuda  Sosialis
            Indonesia  (Pesindo)  pada  10  November  1945,  yang  nyaris  tidak
            memiliki hubungan dengan Pesindo  di Pulau  Jawa.  Selain angkatan
            bersenjata  yang  dibentuk  secara  resmi  oleh  pemerintah,  ada  pula
            milisi  lahir  dari  kebutuhan  untuk  mempertahankan  diri.  Dalam
            keadaan  yang  genting  seperti  ini,  kelompok  Tionghoa  di  Medan
            berada  dalam  keadaan  terjepit.  Mereka  tidak  bisa  sepenuhnya
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38