Page 37 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 37

24           Gubernur Pertama di Indonesia



            daerah  perkotaan  pada  malam  hari  dan  menetapkan  diri  mereka
            sebagai  kesatuan  di  rumah  uleebalang  Teuku  Cut  Hasan.  Pada  4
            Desember,  diatur  proses  penyerahan  senjata  dari  tentara  Jepang
            kepada  TKR.  Namun,  pendukung  bersenjata  dari  pihak  uleebalang
            pada hari yang bersamaan memblokade jalan utama menuju Sigli dan
            menawan siapa pun yang dianggap akan mengambil senjata Jepang.
            Berkat pengawalan Sjamaun Gaharu, pemimpin TKR di Sigli, proses
            penyerahan  senjata  dari  pihak  Jepang  kepada  TKR  berjalan  baik.
            Keadaan  tiba-tiba  menjadi  tidak  terkendali  ketika  Sjamaun  Gaharu
            tengah  bernegosiasi  dengan  ketua  PRI,  tiga  tembakan  terdengar
            mengarah  pada  kerumunan  orang  yang  berada  di  sekitar  lokasi
            penyerahan senjata. Sekitar lima puluh korban tewas dalam kejadian
            itu, termasuk ajudan Sjamaun Gaharu.
                    Kejadian  tersebut  membuat  banyak  kelompok  berang.
            Kematian  orang-orang  sipil  semakin  memperkuat  gambaran
            mengenai uleebalang Pidie yang bengis. Di sisi lain, para uleebalang
            juga  cemas  bila  kekuasaan  mereka  dihabisi  oleh  pemerintahan
            demokratis  yang  ditetapkan  di  Aceh.  Beberapa  uleebalang  di  Pidie
            seperti Teuku Cut Hasan, mengungsikan diri ke Meureudu. Beberapa
            orang diutus uleebalang untuk meminta bantuan kepada Belanda di
            Medan.  Para  uleebalang  dari  Pidie  itu  kemudian  mengadakan
            pertemuan  pada  10  Desember  di  Lueng  Putu;  mereka  bersepakat
            mengikuti  tindakan  yang  dianjurkan  Daud  Cumbok,  yakni
            memperkuat  angkatan  bersenjata  demi  mempertahankan  diri  dari
            kelompok pro-Republik. Setelah pertemuan tersebut, Daud Cumbok
            menghukum anggota PUSA, anggota PRI dan para pemimpin gerakan
            perlawanan.  Tidak  lama  kemudian  Teuku  Ma’ali  dari  Samaindra
            menghabisi  markas  PUSA  di  Garut  yang  merupakan  bagian  dari
            wilayah kekuasaannya.
                    Dalam  pada  itu,  Gubernur  Mohammad  Hasan  tiba  di  Sigli
            bermaksud  menemui  Daud  Cumbok  dan  membicarakan  proses
            penyerahan  senjata  dari  Jepang.  Namun,  Daud  Cumbok  menolak
            menemui Gubernur. Ia juga memanggil seorang tokoh yang dituakan,
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42