Page 42 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 42

Teuku Mohammad Hasan         29



               menjadi bawahan residen dan gubernur, seperti yang digambarkan
               dalam pidato Hasan;

                      Dalam  zaman  merdeka  dahulu,  Radja-radja  adalah
                      Volkshoofd,  kepala  dan  pemimpin  rakjat.  Dimasa  Belanda
                      Radja-radja itu mendjadi perkakas kapitalisme Belanda, kaki
                      tangan  kekuasaan  asing.  Sekarang  datanglah  masanja  jang
                      Radja-radja  itu  mendjadi  pemimpin  bangsanja  kembali.  Arti
                      pemimpin  itu  adalah  dalam.  Suasana  sekarang  sudah
                      berubah,  rakjat  sudah  sadar  dan  insaf  akan  harga  diri  dan
                      harga  lapisan  atau  kastanja.  Dia  menuntut  hak  kedaulatan
                      rakyat.  Demokrasi  itu  sebenarnya  sedjak  dahulu  kala  telah
                      ada dalam masyarakat kita di Sumatera ini. Dalam negeri di
                      Minangkabau, atau luhak di Tapanuli, hak rakyat dibela dan
                      kata-mupakat dijunjung tinggi.
                                                   6

                      Sementara  itu,  di  luar  lingkaran  pemerintah,  para  pemuda
               sudah  tidak  sabar  ingin  menggantikan  “daulat  tuanku”  ke  “daulat
               rakyat.”  Tiga  hari  setelah  pertemuan  itu,  Gubernur  Hasan
               meninggalkan  Medan,  berkeliling  Sumatera.  Tekanan  kelompok
               pemuda  revolusioner  untuk  melakukan  “kup”  terhadap  raja-raja
               semakin tidak terelakkan.
                      Dorongan  untuk  melancarkan  “kup”  tidak  dapat  dilepaskan
               dari  front  Persatuan  Perjuangan  yang  digagas  oleh  Tan  Malaka.  Ia
               menjadi  populer  di  kalangan  pemuda  terutama  karena  sempat
               berada di Sumatera Timur selama dua tahun dan slogan yang mudah
               diingat: “Merdeka 100%.” Tokoh-tokoh PKI Sumatera, seperti Karim
               M.S.,  Nathar  Zianuddin,  dan  Junus  Nasution  juga  dekat  secara
               personal  dan  ideologis  dengan  Tan  Malaka.  Tuntutan  untuk
               menciptakan     tentara   rakyat,   pemerintahan    rakyat    dan
               pengambilalihan  perkebunan  serta  properti  milik  Belanda  lainnya,
               menjadi  dorongan  utama  revolusi  di  Sumatera  Timur.  Perudingan
               untuk  membentuk  Persatuan  Perjuangan  cabang  Sumatera  dimulai
               oleh  Karim  dan  Luat  Siregar  sejak  akhir  Januari,  namun  baru
               membuahkan  hasil  pada  11  Februari.  Sekitar  20  organisasi  hadir
               dalam  pertemuan  yang  dipimpin  oleh  Luat  Siregar  itu.  Setelah
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47