Page 43 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 43

30           Gubernur Pertama di Indonesia



            peresmiannya, cabang-cabang Persatuan Perjuangan bermunculan di
            berbagai distrik dan didominasi oleh Pesindo, PKI, PNI serta TKR dan
            MIT yang memainkan peran seadanya.
                    Pada 3 Maret, kup terhadap sultan-sultan di Sumatera Timur
            dilancarkan  Persatuan  Perjuangan.  Ribuan  orang  berkumpul  di
            Tanjung Balai karena mendengar rumor bahwa pihak Belanda akan
            mendarat di sana. Menurut Reid, kaum revolusioner itu sebenarnya
            tidak punya rancangan struktur pemerintahan yang demokratis atau
            sosialis.  Mereka  mengantisipasi  kembalinya  Belanda  melalui
            perantara  sultan-sultan  dalam  Comite  van  Ontvangst.  Mereka  juga
            mengambil  alih  kekayaan  kesultanan  yang  dijustifikasi  sebagai
            “perampasan  properti  musuh  adalah  berguna  untuk  perjuangan
            nasional.” Sekitar 140 orang, terdiri sultan dan keluarganya, dibunuh
            kelompok  pemuda  Persatuan  Perjuangan.  Kup  meluas  ke  Labuhan
            Batu, Rantau Prapat, Deli, Serdang, Langkat and Sunggal.
                    Ketika Gubernur Mohammad Hasan kembali ke Medan pada
            21  Maret,  ketegangan  yang  diciptakan  oleh  kelompok  pemuda
            semakin nyata. Gubernur menyerukan agar orang-orang tidak mudah
            terpancing dan tetap berkepala dingin. Pada saat yang sama beredar
            desas-  desus  bahwa  Gubernur  juga  akan  dikudeta.  Sempat  tinggal
            beberapa  lama  di  Medan,  pada  27  April,  Gubernur  Hasan  ditemani
            Mr.  Hermani  menuju  Pematangsiantar.  Namun,  rencana  kudeta  itu
            gagal  karena  perpecahan  dalam  kelompok  revolusioner  sendiri,
            yakni antara kubu Junus Nasution dan Nathar Zianuddin.
                    Dalam situasi itu, Gubernur Mohammad Hasan memperoleh
            dukungan utama dari para pengawalnya dari Aceh dan sekretarisnya,
            Mas  Tahir,  yang  juga  merupakan  koleganya  semasa  menjabat  di
            kantor Gubernuran sebelum dan setelah pendudukan Jepang. Meski
            Gubernur  Hasan  tidak  memiliki  keterkaitan  langsung  dengan
            berbagai  laskar  pemuda,  ia  berhasil  mebarik  simpati  para  pemuda
            karena  gagasannya  mengenai  pemerintah  Republikan  dan  karena
            dukungan  besar  dari  Karim  M.S.  Sebagai  putra  uleebalang,  Hasan
            mengalami pergolakan dan menjadi bagian dari sisa penguasa lokal
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48