Page 40 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 40

Teuku Mohammad Hasan         27



               namun  dalam  hal  ini  basis  tersebut  diabsahkan  sebagai  badan
               perwakilan  yang  membiaskan  perimbangan  kekuatan  baru,  yang
               dapat membagi proses tata kelola pemerintahan dengan para pejabat
               yang  baru  dilantik.  KNI  baru  bagi  Sumatera  Timur  dibentuk  pada
               Desember awal dengan Luat Siregar sebagai ketua. Badan-badan lain
               kemudian  bermunculan  di  beberapa  distrik  dan  kota  selama  bulan
               Januari. Sistem perwakilan yang disetujui di Sumatera Timur adalah
               pembagian atas tiga divisi yang terdiri dari lima puluh kursi. Divisi
               pertama  diwakili  oleh  kelompok  kiri  dan  revolusioner,  termasuk
               Partai Komunis Indonesia, Partai Nasionalis Indonesia, dan Pesindo.
               Divisi  kedua  mencakup  kelompok  sosial  dan  religius,  yakni  tiga
               anggota MIT (Majelis Islam Tinggi) dan dua anggota Sabilillah. Divisi
               ketiga merupakan gabungan berbagai kelompok minoritas dan non-
               Indonesia dari berbagai kota.
                      Proses  pengesahan  dan  revitalisasi  KNI  tersebut  memberi
               kekuatan  baru  dan  legitimasi  bagi  figur  politik.  Dalam  KNI  sendiri,
               timbul pertanyaan tentang kelompok mana yang seharusnya menjadi
               fokus pemerintahan di luar wilayah perkotaan, pihak KNI atau pihak
               kerajaan.  Sebagai  pimpinan  KNI  Sumatera  Timur,  Luat  Siregar
               menegaskan  bahwa  jika  raja-raja  tidak  menerima  semangat
               demokrasi pada masa itu, mereka dipersilakan keluar dari KNI. Luat
               Siregar dan dr. Amir sama-sama terkesan dengan kerja sama antara
               pemerintah  Republik  dan  pihak  Keraton  Yogyakarta  ketika  tengah
               berada  di  Jawa.  Sekembali  dari  sana,  pada  12  Januari,  mereka
               mengatur  pertemuan  dengan  mantan  pegawai  dan  Sultan  Langkat
               untuk membicarakan persoalan posisi kerajaan di Tanjung Pura.
                      Barangkali karena dua tokoh Sumatera Timur, yakni Tengku
               Amir  Hamzah  yang  merupakan  wakil  pemerintah  pusat  untuk
               Langkat, dan dr. Amir yang menjembatani pihak Republik dan pihak
               Kesultanan  Langkat,  maka  kerja  sama  antara  keduanya  tercipta.
               Turut hadir pihak Kesultanan Deli, Kesultanan Serdang, dengan putra
               mahkota  dan  pegawainya,  Tengku  Anwar,  namun  tidak  ada  wakil
               dari  Kesultanan  Asahan.  Pada  pertemuan  tersebut,  dr.  Amir
               menjelaskan  bagaimana  para  penguasa  keraton  di  Jawa  telah
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45