Page 38 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 38
Teuku Mohammad Hasan 25
Teuku Chik Mohammad Said, dari Cunda untuk menjadi penengah
kericuhan itu. Akan tetapi, sejauh itu hasilnya nihil.
Tindakan Daud Cumbok tersebut memancing perlawanan
masyarakat terhadap uleebalang. Para ulama yang tergabung dalam
PUSA bersama kelompok lain mulai melakukan serangan ke
Lammeulo dan rumah-rumah uleebalang yang menyimpan stok
senjata. Di Pidie, Hasan Aly memimpin angkatan bersenjata pemuda
dan mendirikan Pusat Markas Barisan Rakyat. Mereka melancarkan
serangan ke Lammeulo pada 25 Desember setelah mendengar
laporan mengenai rencana penyerangan yang disusun Daud Cumbok.
Sekitar seratus pemuda bersenjata bergerak menuju Lammeulo pada
akhir Desember. Menjelang awal Januari, anggota Mujahidin dan
laskar-laskar pemuda memenuhi kota Sigli dan Garut untuk
menghadang kekuatan uleebalang. Pasukan yang dipimpin oleh
Hasballah Trienggading itu kemudian menawan sejumlah uleebalang
dan membunuh tidak sedikit di antaranya.
Hampir seluruh uleebalang di Pidie “dihabisi” kelompok
pemuda dan PUSA, termasuk Teuku Cut Hasan dan Teuku Chik
Mohammad Said, yang sebelumnya diutus oleh Gubernur Teuku
Mohammad Hasan untuk menengahi perseteruan di Pidie. Asisten
Residen Aceh Besar Teuku Ahmad Jeunib diculik dari rumahnya di
Kutaraja dan dibunuh karena keterkaitannya dengan uleebalang
Pidie. Hanya dua dari 25 uleebalang asal Pidie yang selamat dari aksi
brutal itu. Mereka adalah uleebalang Pineung, ayah Mohammad
Hasan, dan uleebalang Trienggading yang dilindungi oleh Hasballah
Trienggading. Dalam memoarnya, Mohammad Hasan awalnya
sempat membayangkan bahwa pemerintah Sumatera tidak akan
mengubah status uleebalang dalam struktur pemerintahan. Mereka
diharapkan dapat menjadi bagian dari pemerintahan yang
demokratis, namun setelah kejadian Daud Cumbok tersebut Hasan
mencatat, “Sejak semula Pemerintah Sumatera telah merencanakan
untuk mengadakan pemerintah demokratis untuk swapraja-swapraja
yang ada di Sumatera. Maksud ini tidak dapat dilakukan di Daerah