Page 36 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 36

Teuku Mohammad Hasan         23



               selama  beberapa  bulan,  tindak  kekerasan  kelompok  pemuda
               berkurang  jauh  dibanding  dengan  awal  Desember.  Kekuatan  dan
               energi  para  pemuda  lalu  dialihkan  dari  konfrontasi  dengan  pihak
               Sekutu dan Jepang kepada proses pengambilalihan lahan perkebunan
               atau  sumber  daya  lainnya,  sekaligus  melawan  anasir-anasir
               konservatif  di  kalangan  orang-orang  Indonesia  yang  tidak  ingin
               bergabung dengan Republik.
                      Pada  periode  ini,  konflik  antara  pendukung  Republik  dan
               pihak yang masih bimbang menentukan sikap terjadi di mana-mana.
               Di  Aceh,  konflik  horizontal  terjadi  di  antara  kelompok  ulama  yang
               tergabung dalam PUSA dan kelompok uleebalang di Pidie, kampung
               Mohammad Hasan.
                      Setelah  Jepang  meninggalkan  Aceh,  proses  penyerahan
               senjata  berlangsung  secara  diplomatis.  Selain  600  pucuk  senjata
               diberikan  kepada  Nyak  Arif,  residen  Aceh  pada  saat  itu,  sekitar
               seratus pucuk senjata diserahkan kepada guncho di Seulimeum dan
               di  Lammeulo,  Teuku  Mohammad  Daud  Cumbok.  Ia  adalah  pribadi
               yang  populer  karena  sikapnya  yang  berani.  Daud  Cumbok  sempat
               mengadakan  pasar  malam  di  Lammeulo,  yang  melanggar  aturan
               residen setempat, juga menyertakan lapak judi dan minuman keras.
               Ia  adalah  uleebalang  pertama  yang  mengirim  utusan  kepada  pihak
               pemerintah  Belanda  yang  sedang  dalam  kamp  interniran  di
               Rantauprapat  untuk  menyatakan  keinginan  agar  pihak  Belanda
               kembali  ke  Aceh  secepatnya.  Sikap  Daud  Cumbok  yang  tidak
               mendukung  kemerdekaan  Indonesia  ditunjukkan  secara  gamblang,
               seperti  ketika  laskar  pemuda  mengerek  bendera  Merah  Putih  di
               depan  kantornya,  ia  tidak  segan-segan  menurunkannya  seketika.
               Tidak  ada  uleebalang  lain  di  Pidie  yang  berlaku  seperti  Daud
               Cumbok. Sebagian dari uleebalang di Aceh mendukung kemerdekaan
               Indonesia,  namun  dengan  harapan  terjadi  restorasi  terhadap
               kekuasaan yang mereka miliki seperti saat sebelum perang.
                      Pada  minggu  terakhir  November,  ketegangan  antara  pihak
               yang  pro-Belanda  dan  pro-Republik  semakin  meruncing  di  Aceh.
               Sekitar  200  pendukung  bersenjata  dari  uleebalang  Pidie  memasuki
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41