Page 29 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 29

16           Gubernur Pertama di Indonesia



            wakil rakyat Indonesia di pusat, pusat-daerah dan di daerah-daerah
            untuk  menyelenggarakan  perpindahan  kekuasaan  dari  pemerintah
            Jepang  ke  pemerintah  Republik  Indonesia.  KNI  disahkan  pada  22
            Agustus  1945  dan  didasarkan  pada  Peraturan  Peralihan  UUD  45,
            Pasal  1. Dalam skema KNI, pembagian wilayah  terpilah  atas pusat-
            daerah  yakni  Jawa  Barat,  Jawa  Tengah,  Jawa  Timur,  Sumatera,
            Kalimantan,  Sulawesi,  Maluku  dan  Sunda  Kecil.  Fungsi  utama  KNI
            adalah  menjembatani  aspirasi  politik  daerah  dan  pusat,  agar  dapat
            mencapai tujuan bersama sebagai bangsa yang merdeka.
                    Dari rapat ini pula, pemerintah pusat mengambil keputusan
            pada  29  September  1945  bahwa  Sumatera  akan  menjadi  satu
            provinsi   dan    dipimpin   oleh   satu   gubernur.   Dr.   Amir
            merekomendasikan agar Teuku Mohammad Hasan ditunjuk sebagai
            Gubernur  Sumatera.  Pertimbangannya,  Hasan  memiliki  pendidikan
            yang  tinggi  dan  pengalaman  bekerja  dalam  bidang  pemerintahan.
            Hasan  menerima  ajuan  itu  semata-mata  karena  cita-citanya  demi
            mengabdi  kepada  Indonesia  merdeka  seperti  ia  tuturkan  dalam
            memoarnya, “Saya menjawab, jika sekiranya saya diangkat menjadi
            Gubernur,  terpaksa  menerima  jabatan  ini  untuk  melaksanakan
            kemerdekaan Tanah Air, meskipun belum pernah memegang jabatan
            itu.”
                4
                    Namun,  sebelum  ada  penetapan  Gubernur  Sumatera  yang
            sah, separuh dari tokoh politik daerah telah melaksanakan tugasnya
            atas arahan KNI di daerah masing-masing, seperti di Aceh, Sumatera
            Barat,  Riau,  Palembang  dan  Lampung.  A.  K.  Gani  dan  Mr.  Abdul
            Abbas,  misalnya,  telah  menjadi  Residen  Lampung  sejak  25
            September,  dengan  penetapan  langsung  dari  Presiden  Sukarno.
            Berdasarkan  buku  Medan  Area  Mengisi  Proklamasi,  penetapan
            gubernur secara terpusat di Sumatera adalah untuk ‘kesempurnaan
            administratif’.  Bagi  tokoh  politik  lokal  yang  lebih  senior,  seperti  di
            Sumatera  Timur,  Tapanuli,  Jambi,  Bengkulu  serta  Bangka  dan
            Belitung,  kerja  tata  kelola  pemerintah  baru  mulai  efektif  setelah
            pelantikan gubernur.
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34