Page 33 - Microsoft Word - KeruntuhanTeoriEvolusi
P. 33
mengembuskan napas melalui saluran udara yang sama. Pada burung, udara memasuki paru-paru melalui
bagian depan, dan keluar dari paru-paru melalui bagian belakang. “Desain” khas ini secara khusus dibuat untuk
burung, yang membutuhkan oksigen dalam jumlah besar pada saat terbang. Struktur seperti ini mustahil hasil
evolusi dari paru-paru reptil.
FOKUS:
Desain Bulu Burung
Teori evolusi, yang menyatakan bahwa burung berevolusi dari reptil, tidak mampu menjelaskan
perbedaan besar antara dua golongan makhluk hidup tersebut. Dilihat dari ciri-ciri fisik seperti struktur
kerangka, sistem paru-paru dan metabolisme berdarah panas, burung sangat berbeda dengan reptil. Satu
ciri lain yang merupakan dinding pemisah antara burung dan reptil adalah bulu burung yang benar-benar
khas.
Tubuh reptil dipenuhi sisik, sedangkan tubuh burung tertutup bulu. Karena evolusionis menganggap reptil
sebagai nenek moyang burung, mereka harus mengatakan bahwa bulu burung adalah hasil evolusi dari
sisik reptil. Akan tetapi, tidak ada kemiripan antara sisik dan bulu.
Seorang profesor fisiologi dan neuro-biologi dari Universitas Connecticut, A.H. Brush, mengakui
kenyataan ini meskipun ia seorang evolusionis: “Setiap karakteristik dari struktur dan organisasi gen
hingga perkembangan, morfogenesis dan organisasi jaringan sangat berbeda (pada bulu dan sisik).”1 Di
samping itu, Prof. Brush meneliti struktur protein bulu burung dan menyatakan bahwa protein tersebut
2
“sangat khas dan tidak dijumpai pada vertebrata lain.”
Tidak ada catatan fosil yang membuktikan bahwa bulu burung berevolusi dari sisik reptil. Sebaliknya
seperti di-ungkapkan Prof. Brush, “Bulu-bulu muncul tiba-tiba dalam catatan fosil, secara tak
3
terbantahkan sebagai ciri unik yang membedakan burung.” Di samping itu, pada reptil tidak ditemukan
4
struktur epidermis yang dirujuk sebagai asal mula bulu burung.
Pada tahun 1996, ahli-ahli paleontologi membuat kegemparan tentang fosil suatu spesies yang disebut
dinosaurus berbulu, yang dinamakan Sinosauropteryx. Akan tetapi, pada tahun 1997, terungkap bahwa
5
fosil-fosil ini tidak berhubungan dengan burung dan bulu mereka bukan bulu modern.
Sebaliknya, jika kita mengamati bulu burung secara saksama, kita mendapati suatu desain sangat
kompleks yang sama sekali tidak dapat dijelaskan dengan proses evolusi. Seorang ahli burung terkenal,
Alan Feduccia, mengatakan bahwa “setiap lembar bulu me-miliki fungsi-fungsi aerodinamis. Bulu-bulu
tersebut sangat ringan, dengan daya angkat yang membesar pada kecepatan semakin rendah, dan dapat
kembali pada posisi semula dengan sangat mudah”. Selanjutnya ia mengatakan, “Saya benar-benar tidak
mengerti bagaimana sebuah organ yang didesain sempurna untuk terbang dianggap muncul untuk tujuan
6
lain pada awalnya”.
Desain bulu juga memaksa Charles Darwin merenungkannya. Bahkan, keindahan sempurna dari bulu
merak jantan telah membuatnya “muak” (perkataannya sendiri). Dalam sebuah suratnya untuk Asa Gray
pada tanggal 3 April 1860, ia mengatakan, "Saya ingat betul ketika pemikiran tentang mata membuat
sekujur tubuh saya demam, tetapi saya telah melewati itu....” Kemudian diteruskan: “... dan sekarang
suatu bagian-bagian kecil di sebuah struktur sering membuat saya sangat tidak nyaman. Sehelai bulu pada
7
ekor merak, membuat saya muak setiap kali menatapnya, ”.