Page 65 - PEMBINAAN NOVIS
P. 65
Pembinaan Novis
o Secara bebas kita diperkenankan untuk mengungkapkan hasil pengamatan kita,
karena dalam kesempatan ini kita saling belajar dan memperkaya sharing kita
untuk kegiatan di masa mendatang
o Kitab Suci dibacakan, kali pertama untuk membantu pemahaman teks lebih baik,
kali kedua guna membantu kita untuk tetap menyadari bahwa kegiatan ini adalah
sharing Kitab Suci, kali ketiga diharapkan memperkaya kita karena setiap kali
diperkaya dengan sharing yang berbeda.
o Saat hening, mungkin pada mulanya sulit untuk dilaksanakan oleh sementara umat.
Karenanya perlu diingat bahwa pada saat hening pertama bukan sesuatu yang
kosong atau pasif, melainkan suasana yang tenang namun aktif, kita menentukan
kata-kata atau kalimat ataupun ayat yang menantang kita.
o Sharing merangkak maju:
o Sharing I – pengenalan awal Kitab Suci
o Sharing II – menjadi suatu pewartaan yang hidup
o Sharing III – membangkitkan tanggapan dalam doa
Metode Lectio Livina Misioner
Yesus bersabda bahwa Ia akan mengutus Roh Kudus, yang akan mengajar kamu apa yang
harus kamu katakan (bdk. Luk. 12:12). Roh Kudus yang telah mengilhami para Nabi, para
penulis Kitab Suci, masih pula berbicara dengan kita melalui Kitab Suci. Lectio Divina
merupakan pendekatan terhadap Kitab Suci, yang dahulu biasa dilakukan oleh para Rabi
dan Bapa Gereja, dan cara ini dapat pula kita gunakan, untuk menanggapi sapaan Allah:
Langkah-langkah yang harus dipersiapkan:
1) Lectio: mula-mula kita membaca sebuah perikop Kitab Suci
Misalnya bacaan diambilkan dari Mrk. 10:5-12. Kiranya tidak cukup hanya membaca
satu kali saja, melainkan berkali-kali, sediakan pensil untuk menggarisbawahi kalimat-
kalimat yang mengesankan. (bdk dengan Metode Tiga Langkah di atas). Perhatikan
pula unsur historis, geografis dan kultur dari teks. Dalam terang Roh Kudus, semoga
imaginasi dan perasaan kita dibangkitkan.
2) Meditatio: merenungkan dan mencoba menangkap pesan yang tersurat.
Merenungkan aktualitas teks Kitab Suci, pesan apa yang disampaikan. Apa arti
kesemuanya bagi kehidupanku dan bagi kehidupan manusia? Bagaimana saya
menjawab tantangan dari teks tersebut? Cukupkah hanya dengan kata-kata? Perlukah
suatu tindakan? Teks tsb ibarat percikan api yang mampu membakar menyalakan hati
dalam sikap tobat, penyesalan ataupun harapan. Atau teks tsb justru mengibaratkan
seorang teman lama yang sangat kita harapkan? Sehingga di sini kita tidak merasa
dihakimi, ditolak ataupun dihinakan.
3) Oratio: merupakan reaksi pertama yang keluar dari meditatio.
Sebagaimana diuraikan di dalam meditatio, seorang sahabat lama saya jumpai, maka
pertanyaan pertama yang keluar dari mulutku adalah sapaat hangat penuh kekeluargaan.
Kemungkinan dari bacaan tsb, doa pertama yang mungkin saya ucapkan:
Tuhan, aku telah mendengar sabda-Mu untuk mewartakan Kabar Gembira. Apakah
makna Engkau mengutus murid-Mu pergi tanpa bekal? Berilah aku kekuatan untuk
mampu melaksanakan tugas perutusan-Mu itu.
Ulangi doa permohonan ini dengan perlahan seirama pernafasan, bila mungkin
perpendek doa permohonan tsb misalnya menjadi:
Tuhan, bagaimana aku harus melaksanakan tugas perutusan-Mu?
145