Page 80 - Sejarah HMI Cabang Kendari
P. 80
(ketua bidang kekaryaan), Pawisari (ketua kohati). Pada masa ini,
sempat reshuffle sebanyak 2 (dua) kali.
Saat menjadi ketum, Mustamin terus melanjutkan proses
pengkaderan yang sebelumnya sudah dirintis pengurus sebelumnya
agar terdapat kesinambungan dalam membangun organisasi. Hal
itu disadari karena melalui perkaderan di HMI selain membawa efek
bagi organisasi tetapi juga bagi anggota agar dapat melakukan
transformasi untuk memahami ideologi HMI, mengembangkan
kepribadian, dan keterlibatan dalam kehidupan bermasyarakat.
Animo mahasiswa untuk ber-HMI pada masa itu sangat
tinggi yang ditunjukkan dengan frekuensi pelaksanaan bastra yang
bisa mencapai kisaran 5 – 8 kali pertahun pada tiap-tiap komisariat.
Akibatnya lokasi bastra yang dipusatkan di Wisma HMI menjadi
tidak memadai lagi karena terjadi beberapa kelas (sesuai komisariat)
yang melaksanakan bastra pada saat bersamaan. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, HMI bekerja sama dengan masjid
agung Alkautsar diizinkan untuk menggunakan ruang lantai 2 (dua)
di bagian belakang dan lantai 2 (dua) bagian depan sebagai tempat
kegiatan bastra. Keadaan ini akhirnya memungkinkan pelaksanaan
bastra sebanyak 3 (tiga) kelas secara paralel.
Melalui keputusan rapat pleno HMI Cabang, ditetapkan
bahwa tanggung jawab pelaksanaan bastra berada pada komisariat,
sedangkan terkait konten materi dan sumberdaya instruktur dan
penceramah tetap di bawah koordinasi HMI cabang Kendari.
Sementara itu untuk level intermediate training, pelaksanaannya
berada di kepengurusan HMI cabang. Fungsi HMI adalah sebagai
organisasi kader, yang secara eksplisit diterjemahkan bahwa semua
denyut kegiatan organisasi merupakan implementasi dari fungsi
kader. Jika hal ini berjalan dengan baik, di samping HMI memiliki
jumlah anggota yang banyak, HMI juga harus mempunyai anggota
terdidik.
61