Page 89 - Sejarah HMI Cabang Kendari
P. 89
Haskar Hafid merasakan bahwa saat ini sikap pragmatisme
di kalangan adik-adik HMI tumbuh subur. Silaturahmi sesama kader
mulai berkurang. Saat aktif sebagai pengurus HMI Cabang Kendari,
Haskar Hafid bersama pengurus lain selalu menjaga silaturahim ke
senior-senior. Saat silaturahmi ke senior, mereka senantiasa
memberikan ilmu, berdiskusi dan bertukar gagasan.
Haskar Hafid melakukan refleksi tentang catatan kritis bagi
kader HMI. Menurut Haskar, idealisme saat ber- HMI secara Historis
lahir dari cita-cita ke Islaman dan Keindonesiaan yang dikemas
dalam bentuk missi ke-HMI-an. Dengan demikian, setiap kader HMI
terbentuk internal mindset untuk mengabdi sesuai tujuan HMI itu
sendiri yakni terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang
bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya
Masyarakat adil Makmur yang diridhai Allah SWT. Doktrin ini sejalan
dengan doktrin pengabdian kekhalifaan dalam mewujudkan
tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara secara adil dan
Demokratis. Idealisasi Insan Cita kemudian menjelma menjadi
doktrin pengabdian kehidupan pasca ber HMI yakni KAHMI
mengapa tidak karena ia termanifestasikan melalui gerakan ideologi
transformasi nilai-nilai agama yang di gagas oleh Cak Nur melalui
Nilai Dasar Perjuangan, sebuah pencerahan kemanusiaan,
penggalian eksistensi manusia dan substansi keberadaan manusia
di muka bumi adalah menu intelektual seorang kader.
Dari Nilai dasar tersebut akan dimanifestasikan ke bidang
ekonomi, sosial, politik, demokrasi, hukum dan lain sebagainya
dengan demikian lahan pengabdian seorang kader HMI bisa di
mana saja dan jadi apa saja. Ia ibarat visioner, haus kepemimpinan,
punya obsesi dan kreativitas yang tinggi. Dengan demikian pasca
ber HMI atau KAHMI akan terhimpun melalui sebuah ideologi
perjuangan yang sama yaitu “Yakusa”.
70