Page 36 - Presskonpress Tingkatkan Angka Kesembuhan dan Turunkan Angka Kematian Pasien COVID-19, Badan POM Terbitkan Izin Penggunaan dalam Kondisi Darurat Obat 5 - 6 Oktober 2020_Neat
P. 36
Judul : BPOM Terbitkan Izin Penggunaan Obat Favipiravir dan Remdesivir
dalam Kondisi Darurat
Nama Media : tribunnews.com
Tanggal : 6 Oktober 2020
Halaman/URL : https://www.tribunnews.com/corona/2020/10/05/bpom-terbitkan-izin-
penggunaan-obat-favipiravir-dan-remdesivir-dalam-kondisi-darurat
Tipe Media : Online
BPOM telah menerbitkan izin penggunaan
dalam kondisi darurat (Emergency Use
Authorization/EUA) Favipiravir dan Remdesivir
sebagai obat yang terbukti melalui uji klinik
menunjukkan kemanfaatannya dalam
menyembuhkan pasien COVID-19.
Favipiravir digunakan untuk pasien derajat
ringan dan sedang yang dirawat di rumah
sakit sedangkan Remdesivir untuk pasien
derajat berat yang dirawat di rumah sakit.
EUA merupakan persetujuan penggunaan obat atau vaksin saat kondisi darurat
kesehatan masyarakat, dalam hal ini pandemi COVID-19.
“Penerbitan EUA diharapkan dapat memberikan percepatan akses obat-obat yang
dibutuhkan dalam penanganan COVID-19 oleh para dokter sehingga mempunyai
pilihan pengobatan yang sudah terbukti khasiat dan keamanannya dari uji klinik.
Dengan tersedianya obat-obat tersebut diharapkan dapat meningkatkan angka
kesembuhan dan menurunkan angka kematian pasien COVID-19 yang menjadi target
pemerintah dalam percepatan penanganan COVID-19,” harap Kepala Badan POM RI,
Penny K. Lukito dalam keterangannya yang di Tribunnews.com, Senin (5/10/2020).
Terhadap produk yang telah mendapatkan EUA, Badan POM melakukan
pengawasan penyaluran dan peredaran sejak dari industri farmasi, pedagang besar
farmasi, dan sarana pelayanan kefarmasian.
Pengawasan dapat dilakukan melalui evaluasi pelaporan realisasi importasi, produksi
dan distribusi obat yang disampaikan kepada Badan POM.
Selain itu, Badan POM juga mewajibkan industri farmasi selaku pemilik EUA untuk
menjamin mutu obat, melakukan uji klinik di Indonesia untuk memastikan khasiat dan
keamanan obat, serta melakukan farmakovigilans melalui pemantauan dan pelaporan
efek samping obat yang harus disampaikan kepada Badan POM.
“Semoga para dokter dan tenaga kesehatan lain bekerja sama untuk berpartisipasi
aktif dalam pemantauan terhadap khasiat dan keamanan melalui kegiatan
Farmakovigilans,” lanjutnya.