Page 10 - Pola Sugesti Erickson
P. 10
Milton Erickson: Pola Sugesti dan Strategi Terapi
mempelajari lagi itu semua dengan tangan yang lain. Kemudian datanglah pekerjaan
yang sangat berat untuk mengangkat kedua tanganmu dan menggerakkan kedua
tanganmu ke segala arah dan untuk bertumpu pada kedua kakimu yang tegak, dan
merenggang. Dan menjaga pahamu tetap lurus—lututmu lurus dan teruslah membagi
perhatian sehingga kau bisa memperhatikan lututmu, pahamu, tangan kirimu, tangan
kananmu, kepalamu, tubuhmu. Dan akhirnya, ketika kau memiliki cukup
keterampilan, kau mencoba menjaga keseimbangan tubuh di atas satu kaki. Itu
pekerjaan yang luar biasa sulit.
Bagaimana kau menjaga seluruh tubuhmu sambil mempertahankan pahamu tetap
lurus, lututmu lurus dan merasakan gerakan tangan, gerakan kepala, gerakan tubuh?
Dan kemudian kau melangkahkan satu kakimu ke depan dan mengubah pusat
keseimbangan tubuhmu. Lututmu menekuk—dan kau jatuh. Kau bangkit lagi dan
mencobanya lagi. Akhirnya kau belajar bagaimana menggerakkan satu kaki ke depan
dan mengayunkan satu langkah dan tampaknya berhasil. Maka kau mengulanginya
lagi—tampaknya berhasil. Kemudian langkah ketiga—dengan kaki yang sama dan
kau terjengkang! Kau memerlukan waktu beberapa lama untuk melangkah berganti-
ganti kanan kiri, kanan kiri, kanan kiri. Sekarang kau bisa melambaikan tanganmu,
memutar kepalamu, melihat kiri dan kanan, dan berjalan melenggang, tanpa memberi
perhatian sedikit pun untuk membuat lututmu lurus, pahamu lurus.
Dalam cerita di atas, kita bisa melihat bagaimana Erickson mengembangkan
perasaan positif terhadap kelumpuhannya yang disebabkan oleh serangan polio.
“Kautahu, aku memiliki keuntungan yang sangat besar dibandingkan orang lain.”
Begitulah ia memperkenalkan kepada pendengarnya “keuntungan sangat besar” yang ia
miliki karena kelumpuhannya: Ia bisa banyak belajar dan mengembangkan kekuatan
observasinya. Dan belajar adalah sebuah kegembiraan, sebuah cara terbaik untuk
menyenangkan diri sendiri. Dengan cara itu, ia sesungguhnya sedang memberikan isyarat
kepada pasien yang datang kepadanya, “Kau kemari untuk belajar,” dan ia mendorong
semangat belajar pasien itu—membangkitkan sikap terbuka untuk belajar. Kelumpuhan,
anda tahu, adalah sebuah cacat atau ketidakmampuan. Pasien datang kepadanya juga
dengan ketidakmampuan tertentu yang memerlukan pertolongan, sebab ia tidak mampu
menolong dirinya sendiri. Erickson akan dengan senang hati menerima
“ketidakmampuan” orang itu dan mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Hanya dengan cerita?
10