Page 13 - Pola Sugesti Erickson
P. 13
Milton Erickson: Pola Sugesti dan Strategi Terapi
Lalu Ali menjadikannya lebih indah ketika ia memadukan Robinson dengan inspirasi
yang didapatnya dari sumber lain—lebah dan kupu-kupu—dan kita mengenal gaya
bertinjunya yang “melayang seperti kupu-kupu, menyengat seperti lebah.” Bruce Lee di
arena kungfu terpesona oleh keindahan gerak Muhammad Ali. Jika seseorang dengan
bobot seratus kilo lebih bisa melayang-layang seindah itu, pikirnya, ia dengan berat tubuh
yang jauh lebih ringan tentu bisa melakukan hal yang sama. Dan kita pun melihat
keindahan kungfu Bruce Lee: ia melayang-layang dengan footwork sebagaimana yang
dilakukan Muhammad Ali di ring tinju, tetapi pada Bruce Lee kita tidak menyaksikan
kupu-kupu yang mengapung di udara atau lebah yang menyengat. Yang kita lihat pada
Bruce Lee adalah gerak sangat lincah seekor kucing.
Begitulah, para inovator seringkali adalah peniru pada mulanya, tetapi mereka tidak
berhenti pada peniruan belaka. Mereka tekun mengamati, mengambil teknik, memahami,
dan menambahkan sendiri dengan sesuatu yang lain sehingga apa yang semula adalah
peniruan kini berubah menjadi pola ekspresi yang otentik. Dalam pekerjaan-pekerjaan
kreatif, peniruan tidak lain adalah sebuah tindakan “mengambil teknik”—melakukan
sesuatu seperti orang lain melakukannya—dan itu bisa merupakan upaya awal untuk
menguasai satu kecakapan, yang dari sana anda mengembangkan kecakapan itu lebih
lanjut. Dalam hal ini, ada baiknya kita mengingat ucapan Penyair Inggris T.S. Eliot:
“Penyair buruk melakukan peniruan, penyair yang baik melakukan pencurian.” Penulis
yang baik mencuri teknik, gaya, dan berbagai strategi literer dari penulis-penulis lain
yang ia kagumi dan mengolahnya menjadi miliknya sendiri. Pencuri yang piawai, anda
tahu, tidak akan pernah memamerkan barang curian seperti apa adanya, ia akan
memperlihatkan “barang baru” hasil modifikasi dari apa-apa yang dicurinya.
Dan setiap kanak-kanak adalah “pencuri teknik” yang lebih baik dibandingkan orang
dewasa. Kanak-kanak memiliki kekuatan imajinasi, dan itu menyebabkan hampir
sepanjang waktu mereka dalam kondiri trance (trance sehari-hari). Dengan kata lain,
trance bagi anak-anak adalah keadaan normal dan alami. Mereka selalu asyik masyuk
dalam permainan atau dalam “mengalami” apa saja yang mereka khayalkan. Karena
itulah mereka menikmati apa saja yang mereka lakukan. Pada bagian selanjutnya buku
13